Sejarah Adzan & Awal Munculnya

Sejarah Adzan & Awal Munculnya

a7a78e72db49f71f2988ddbcf3d8ecd6Sejarah Adzan – Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang-orang biasanya berkumpul dimasjid masing-masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama`ah dimulai.

“Nabi Muhammad berkeinginan untuk mencari cara dalam memberitahukan waktu shalat, namun beliau belum juga menemukannya,” kata seorang sahabat, Abdullah bin Zaid.

Pada masa-masa awal di Madinah, umat Islam berkumpul di masjid untuk menunggu datangnya waktu shalat. Namun ketika waktu shalat telah datang, tidak ada seorang pun yang memberitahukannya. Mereka langsung shalat saja, tanpa ada penanda sebelumnya. Seolah seperti tahu sama tahu.

Namun, seiring dengan berkembangnya Islam, banyak sahabat yang tinggalnya jauh dari masjid. Sebagian lainnya memiliki kesibukan yang bertambah hingga membuatnya tidak bisa menunggu waktu shalat di masjid. Atas hal itu, beberapa sahabat usul kepada Nabi Muhammad agar membuat tanda shalat.

Sehingga, mereka yang jauh dari masjid atau yang memiliki kesibukan bisa tetap menjalankan shalat tepat. Para sahabat Nabi memiliki usulan yang beragam sebagai tanda masuknya waktu shalat. Ada yang mengusulkan agar menggunakan lonceng sebagaimana orang Nasrani. Ada yang menyarankan menggunakan terompet seperti orang Yahudi.

Dan, ada juga merekomendasikan untuk menyalakan api di tempat tinggi sehingga umat Islam yang rumahnya jauh dari masjid bisa melihatnya.

Semua usul tersebut ditolak. Ketika kondisi umat Islam ‘buntu’ seperti itu, dikutip dari Siah Nabawi (Ibnu Hisyam, 2018), seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad. Ia menceritakan bahwa dirinya baru saja bermimpi melihat seruan adzan pada malam sebelumnya. Dalam mimpi tersebut, Abdullah bin Zaid didatangi seorang berjubah hijau yang sedang membawa lonceng. Semula Abdullah bin Zaid berniat membeli lonceng yang dibawa orang berjubah hijau tersebut untuk memanggil orang-orang kepada shalat.

Namun orang tersebut menyarankan kepada Abdullah bin Zaid untuk mengucapkan serangkaian kalimat, sebagai penanda waktu shalat telah datang. Serangkaian kalimat adzan yang dimaksud adalah: Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Hayya ‘alash sholah hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alal falah hayya ‘alal falah, Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah.

Nabi Muhammad kemudian meminta Abdullah untuk mengajari Bilal bin Rabah bagaimana cara melafalkan kalimat-kalimat tersebut. Pada saat Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, Umar bin Khattab yang tengah berada di rumahnya mendengar. Ia segera menghadap Nabi Muhammad dan menceritakan bahwa dirinya juga bermimpi tentang hal yang sama dengan Abdullah bin Zaid. Yakni adzan sebagai tanda masuknya waktu shalat.

Dalam satu riwayat, Nabi Muhammad juga disebutkan telah mendapatkan wahyu tentang adzan. Oleh karena itu, beliau membenarkan apa yang disampaikan oleh Abdullah bin Zaid tersebut. Sejak saat itu, adzan telah resmi sebagai penanda masuknya waktu shalat. Menurut pendapat yang lebih sahih, adzan pertama kali disayariatkan di Kota Madinah pada tahun pertama Hijriyah.

Bilal bin Rabbah termasuk muadzin pertama dalam Islam. Setidaknya ada empat alasan mengapa Bilal dipilih Nabi menjadi muadzin, yaitu suaranya yang lantang dan merdu, menghayati kalimat-kalimat adzan, berdisiplin tinggi, dan berani. Bilal terus mengumandangkan adzan. Ketika Nabi Muhammad wafat, dia tidak bersedia lagi menjadi muadzin.

Alasannya, air matanya pasti akan bercucuran manakala sampai pada kalimat ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’ sehingga membuatnya tidak kuasanya melanjutkan adzan. Namun saat Khalifah Umar bin Khattab tiba di Yerusalem, Bilal diminta untuk adzan sekali lagi. Dia menyanggupi permintaan tersebut.

Menurut Syekh Abddullah As-Syarqawi, Nabi Muhammad pernah mengumandangkan adzan sekali. Yakni, ketika beliau dalam sebuah perjalanan. Ketika sampai pada syahadat kedua, Nabi Muhammad mengumandangkan ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’. Riwayat lain menyebut Nabi mengucapkan ‘Asyhadu anni Rasulullah’.

Masuk Islam Karena Hadiah Kambing dari Nabi ?

Masuk Islam karena hadiah Kambing dari Nabi – Terdapat kisah menarik, Orang kafir yg masuk Islam sebab menerima hadiah kambing dari nabi. tidak hanya itu, beliau bahkan langsung mengajak kaumnya buat masuk Islam.

Ini bukan cerita khayal. Ini nyata adanya. semua terjadi, sesudah keislamannya tanpa menunggu lama. Daya tariknya bukan di kambingnya. akan tetapi di orang yang memberinya, yaitu Rasulullah ﷺ. beliau memberi orang kafir tersebut dalam jumlah yg sangat banyak. Kedermawanan yg langka tanpa khawatir terhadap kemiskinan sudah merubah keyakinannya seketika.

Kemuliaan akhlak seseorang menjadi daya tarik yg kuat bagi orang lain buat mengikuti cara hayati Islam yang dijalaninya. Bahkan orang kafir pun bisa tertarik kepada Islam sebab mulianya akhlak seorang. Nabi ﷺ merupakan manusia terbaik akhlaknya di bawah kolong langit ini sejak Nabi Adam ‘alaihis salam hingga hari kiamat kelak. beliau dikenal sangat dermawan, jujur serta pemberani.

Kedermawanan beliau ﷺ begitu menakjubkan sehingga orang yg sangat membencinya, seperti Shafwan bin Umayyah bin Khalaf, berubah menjadi sangat mencintainya.

Masuk Islam Karena Hadiah Kambing

Hadits yg menerangkan Orang Kafir Masuk Islam karena hadiah Kambing

Berikut beberapa hadits yg mengambarkan kisah orang kafir masuk Islam karena hadiah kambing.

1. Hadits riwayat Muslim dari Anas radhiyallahu ‘anhu
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ فَأَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ أَيْ قَوْمِ أَسْلِمُوا فَوَاللَّهِ إِنَّ مُحَمَّدًا لَيُعْطِي عَطَاءً مَا يَخَافُ الْفَقْرَ فَقَالَ أَنَسٌ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلَّا الدُّنْيَا فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الْإِسْلَامُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, “ada seorang Laki-Laki meminta kepada Nabi ﷺ kambing yg berada di antara dua gunung. Rasulullah ﷺ pun memberikan kambingnya pada orang itu.

kemudian orang itu datang kepada kaumnya seraya mengatakan, “Hai, kaumku! Masuklah kalian seluruh ke dalam Islam! Demi Allah, sesungguhnya Muhammad benar-benar memberi pemberian (dalam jumlah besar ) tanpa takut miskin.”

Maka Anas mengatakan, ”Lelaki tersebut meski masuk Islam tujuannya hanya menginginkan harta dunia, maka tidaklah dia memeluk Islam sehingga Islam itu lebih dicintainya dari pada dunia serta apa yg terdapat di atasnya.” [Hadits riwayat Muslim, di dalam Shahih Muslim no. 2312]

عَنْ مُوسَى بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ مَا سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً لَا يَخْشَى الْفَاقَةَ

dari Musa bin Anas dari ayahnya (yaitu Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu), dia mengatakan, ”tidak pernah Rasulullah ﷺ dimintai sesuatu karena Islam, melainkan selalu dipenuhinya. pada suatu hari tiba kepada beliau seorang laki laki , kemudian diberinya kambing di antara dua gunung.

lalu orang itu pulang ke kaumnya dan berseru pada mereka, “Hai, kaumku! Masuk Islamlah kalian semuanya! Sesungguhnya Muhammad telah memberi suatu pemberian (yang banyak) tanpa merasa takut miskin.” [Hadits riwayat Muslim, di dalam Shahih Muslim no. 2312]

2. Hadits riwayat Ibnu Hibban dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
– أنَّ رجُلًا أتى النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم فأعطاه غنَمًا بيْنَ جبَلَيْنِ فأتى الرَّجُلُ قومَه فقال : أيْ قومِ أسلِموا فواللهِ إنَّ مُحمَّدًا صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يُعطي عَطاءَ رجُلٍ ما يخافُ الفاقةَ وإنْ كان الرَّجُلُ لَيأتي رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ما يُريدُ إلَّا دنيا يُصيبُها فما يُمسي حتَّى يكونَ دِينُه أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا وما فيها

dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi ﷺ. Lantas dia ﷺ memberinya kambing yg berada di antara 2 gunung.

lalu dia mendatangi kaumnya lalu berkata, ” Wahai kaumku masuklah kalian ke pada Islam. Demi Allah! sesungguhnya Muhammad benar-benar memberikan suatu pemberian kepada seorang tanpa rasa takut terhadap kemiskinan.

Anas berkata, ”Meskipun lelaki itu benar-benar mendatangi Nabi ﷺ serta tidak ada yg dia kehendaki kecuali buat mendapatkan dunia, namun belum sampai sore hari agamanya menjadi sesuatu yang lebih beliau cintai daripada dunia dan isinya.”[Shahih Ibnu Hibban no. 6373]

penjelasan Makna Hadits

1. Syarah hadits riwayat Muslim di dalam Al Mausu’ah Al Haditsiyyah

di dalam hadits ini disebutkan seseorang lelaki meminta Nabi ﷺ kambing di antara 2 gunung, maksudnya: kambing yang memenuhi antara dua gunung tadi, kambing yg banyak.

Maka Rasulullah ﷺ memberinya dengan memenuhi permintaannya. Maka dia mendatangi kaumnya, maksudnya: dia takjub dengan kedermawanan Nabi ﷺ .

sehingga dia meminta mereka agar masuk Islam. Sesungguhnya Islam menunjukkan kepada akhlak yang mulia.

lalu dia bersumpah dengan nama Allah bahwa Muhammad memberikan dalam jumlah besar , maksudnya pemberian yg sangat banyak. beliau tidak khawatir terhadap kemiskinan.

Selanjutnya Anas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan dengan mengatakan: “Lelaki tersebut meski masuk Islam tujuannya hanya menginginkan harta dunia, sehabis itu tidaklah dia memeluk Islam sehingga Islam itu lebih dicintainya dari di dunia serta apa yang terdapat di atasnya.”

Maksudnya adalah tidak lama setelah dia masuk Islam, kemudian Islam itu menjadi sesuatu yang paling dia cintai.

yang dimaksud adalah laki-laki itu menampakkan Islam pada mulanya adalah buat kepentingan dunia bukan untuk tujuan yg benar di hatinya.

tidak lama kemudian dadanya lapang menerima hakikat iman dan menjadi kokoh di dalam hatinya sehingga waktu itulah Islam lebih dia cintai daripada dunia.[i]

2. Syaikh Abdurrahman bin Fahd Al Wad’an Ad Dausari

ada beberapa faedah terkait hadits di atas (yg dalam riwayat Muslim):

a. Faedah pertama

Hadis ini menjelaskan satu kaidah agung dalam akhlak Islam yang paling bermanfaat dalam bermuamalah dengan manusia dan berdakwah pada Allah Ta’ala, yaitu kaidah: Berbuat baik kepada orang lain.

Berbuat baik pada orang lain itu banyak bentuknya. di antaranya adalah:

  1. Berbuat baik pada mereka dengan harta.
  2. Berbuat baik kepada mereka dengan kerja keras dan mencurahkan waktu buat menyelesaikan masalah mereka serta mengkaji masalah mereka.
  3. Mengorbankan pengaruh buat membela mereka.

Rasulullah ﷺ berbuat kebaikan kepada manusia dalam berbagai bentuk, bersabar atas mereka, sangat ingin agar manusia mendapatkan hidayah dengan segala cara yang disyariatkan.

Anas Radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

مَا سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ

“tidak pernah Rasulullah ﷺ dimintai sesuatu karena Islam, melainkan selalu dipenuhinya.” [Hadits riwayat Muslim no. 2312]

dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:

ما سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم شيئًا قط فقال: لا

“Rasulullah ﷺ tidak pernah diminta sesuatu pun lalu menjawab tidak.”

[Hadits disepakati oleh Al Bukhari dan Muslim. Al Bukhari dalam kitab Al Adab Bâb Husnul Khuluq was Sakhâ’ wa Mâ Yukrahu minal Bukhl, 5/2244 (5687) dan Muslim dalam Kitab Al Fadhâil Bâb Mâ Suila Rasûlullâhi ﷺ Syaian Qaththu Faqâla: Lâ wa Katsratu ‘athâihi, 4/1805 (2311) dan ini lafazh Muslim ]

b. Faedah ke 2
Berbuat ihsan dan melakukan hal yg makruf termasuk akhlak mulia yg paling tinggi.

Abdullah bin Mubarak rahimahullah Ta’ala berkata saat menerangkan akhlak yang baik:

بَسْط الوَجْه ، وبَذْل المعروف ، وكَفّ الأذى

“wajah yang menyenangkan, melakukan hal yang makruf dan menahan diri dari menyakiti orang lain.”

[Hadits riwayat At Tirmidzi 4/363 (2005) dan Imam An Nawawi dan selainnya dari Al Hasan Al Bashri yang semacam itu: (Syarhun nawawi ‘ala Shahih Muslim 15/78, wal Adab Asy Syar’iyyah 2/197)]

Rasulullah ﷺ adalah orang yg paling baik akhlaknya. Allah telah memuji akhlak Rasul-Nya ﷺ dengan firman-Nya:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berada di atas akhlak yg agung.” [ Al Qalam: 4]

Allah Ta’ala juga berfirman ketika memerintahkan beliau ﷺ untuk melakukan akhlak yg paling utama:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yg ma’ruf, dan berpalinglah dari orang-orang yg bodoh.” [Al A’râf: 199]

Makna perintah tersebut merupakan hendaklah engkau menyambung orang yg memutus hubungan denganmu, serta memberi orang yang tidak memberimu dan memaafkan orang yang menzhalimimu.

Jakfar Ash Shadiq rahimahullah berkata, ”di dalam Al Quran tidak ada ayat yg lebih mengumpulkan akhlak-akhlak mulia dibanding ayat ini.”

C. Faedah ketiga
Bolehnya melunakkan hati manusia agar menerima Islam serta kebaikan dengan sarana-sarana yg sesuai syariat dan mubah.

Ini adalah sesuatu yg paling baik yg seyogyanya dipegang teguh oleh kaum muslimin secara umum dan para ahli ilmu serta para dai secara khusus.

dengan cara seperti ini memungkinkan buat menarik manusia kepada kebaikan dan hal yang makruf. Bukan dengan kekasaran, sikap antipati, wajah cemberut dan caci maki.

dengan tertariknya mereka maka akan menarik orang-orang pada belakang mereka. Ini karena setiap orang itu memungkinkan buat menjadi duta bagi orang-orang pada belakangnya seperti istrinya, anak-anaknya, para sahabatnya.

bisa jadi seseorang menjadi baik karena kata-kata yg baik, atau hadiah atau bantuan material atau moril lalu menjadi hidayah umat di belakangnya, mereka terpengaruh dengan hal itu.

oleh sebab itu, hendaklah para dai yg berdakwah kepada Allah Ta’ala mencurahkan apa yang mungkin buat menarik manusia kepada kebaikan yg mereka diberi nikmat dengan kebaikan tersebut. Teladan mereka dalam hal itu adalah Rasulullah ﷺ.[ii]

Demikian tersebut penjelasan ringkas tentang orang kafir yang masuk Islam karena hadiah kambing dalam jumlah yang sangat besar.

Islam ialah ajaran yg dalam dirinya sendiri itu mempunyai daya tarik yang sangat kuat bagia siapa saja yg memikirkannya dengan jernih serta sahih.

Bila Islam itu ditawarkan kepada manusia oleh orang-orang yang memiliki kepribadian spesial di mata manusia maka akan melipatgandakan daya tarik Islam di mata umat manusia. Wallahu ‘alam.

Semoga bermanfaat.

Penyebab Panglima Khalid bin Walid Diganti Karena ?

Apa Penyebab Panglima Khalid bin Walid Diganti Karena ?

khalid bin walid 1 by rindupelangi deb6xrb fullview

Penyebab Panglima Khalid bin Walid Diganti – Penanaman tauhid di kalangan sahabat sangatlah kuat. Tegaknya tauhid bahkan melandasi kebijakan para sahabat, tidak terkecuali Umar bin Khattab RA. Ini terlihat dari alasan pemberhentikan Khalid bin Walid sebagai panglima perang pada masanya.

salah satu pendapat yg masyhur mengenai alasan Umar bin Khattab mengganti/mencopot panglima perang Khalid bin Walid adalah buat kemaslahatan tauhid yaitu menunaikan hak Allah pada muka bumi yg merupakan tujuan utama manusia dan jin diciptakan.

Khalib bin Walid merupakan panglima perang yg luar biasa, tak pernah kalah dalam peperangan, baik sebelum masuk Islam, maupun sesudah masuk Islam. setelah diangkat menjadi penglima perang sejak zaman khalifah Abu Bakar, Klalid bin Walid selalu menang, sehingga saat itu ada dalam benak serta keyakinan sebagian kaum muslimin:

“bila khalid jadi panglima, pasti menang”

Bahkan sebagian kaum muslimin mengira bahwa Khalid bin Walid (ﺻﺎﻧﻊ ﺍﻟﻨﺼﺮ)pembuat kemenangan”, sebagian kaum muslimin menyandarkan sepenuhnya hati di Khalid serta mulai lalai berdoa serta berharap serta meminta pada Allah Ta’ala.

Melihat kenyataan ini, Umar bin Khattab mengganti Khalid bin Walid dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Umar paham benar bahwa Tauhid lebih penting dari segalanya. Bukan berarti Umar ingin kaum muslimin kalah, akan tetapi TAUHID paling penting serta kemenangan kaum muslimin masih bisa dihasilkan dengan kepemimpinan Abu Ubaidah yg diberi gelar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan “Amiinul ummah(Orang kepercayaan umat).

dalam buku Kuliah Tauhid karya Muhammad Imaduddin Abdulrahim dijelaskan, Khalid, yang dijuluki sebagai “Pedang Allah” ialah seorang panglima perang yg belum pernah terkalahkan di setiap pertempuran yg dipimpinnya. saat menghadapi Persia, Iraq, serta lain sebagainya, Khalid selalu ditakdirkan menang oleh Allah SWT, sehingga prajuritnya pun mulai memujinya serta memujanya.

Perhatikan perkataan Umar bin Khattab,

ﺇﻧﻲ ﻟﻢ ﺃﻋﺰﻝ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﻋﻦ ﺳﺨﻄﺔ ﻭﻻ ﺧﻴﺎﻧﺔ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓُﺘﻨﻮﺍ ﺑﻪ ﻓﺄﺣﺒﺒﺖ ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻤﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺎﻧﻊ

“Sesungguhnya saya tidak mencopot Khalid bin Walid sebab murka ataupun dia berkhianat, namun manusia telah terfitnah dan saya ingin manusia memahami bahwa Allah-lah yang membuat kemenangan.” [Al-Bidayah Wan Nihayah 7/81]

Ibnu ‘Aun meriwayatkan tatkala Umar sebagai Khalifah, beliau mengatakan,

ﻷﻧﺰﻋﻦَّ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﺣﺘﻰ ﻳُﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﺼﺮ ﺩﻳﻨﻪ . ﻳﻌﻨﻲ ﺑﻐﻴﺮ ﺧﺎﻟﺪ

“sungguh saya akan mencopot Khalid (dari panglima) sehingga manusia memahami bahwa Allah bisa menolong agama-Nya tanpa Khalid.” [Siyaru A’lam An-Nubala 1/378]

Sebagaimana dijelaskan bahwa karena anggapan dan prasangka manusia ini karena Khalid bin Walid tidak pernah kalah dalam peperangan, dalam fatwa Syabakah Islamiyyah dijelaskan,

ﻭﺳﺒﺐ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻢ ﻳﻬﺰﻡ ﻓﻲ ﺃﻱ ﻣﻌﺮﻛﺔ ﺧﺎﺿﻬﺎ ﻻ ﻓﻲ ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺇﺳﻼﻡ

“karena hal tadi bahwa Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu tidak pernah kalah dalam peperangan apapun yang dia pimpin baik itu di masa jahiliyah (sebelum dia masuk Islam) maupun di masa Islam.” [Fatawa no. 9089]

 

Baca Juga : 60 Sirah Sahabat Rasulullah

 

Perhatikan bagaimana pentingnya TAUHID yang menjadi perhatian para sahabat, didikan langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena memang tujuan utama kita diciptakan ialah menegakkan serta mendakwahkan tauhid di muka bumi.

baju perang ilustrasi 150819160229 649

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Catatan:
ada beberapa pendapat lain mengenai alasan penggatian Khalid bin Walid yaitu karena sifat Khalid bin Walid yang sama-sama tegas dengan Umar bin Khattab, sifat dasar Umar yang tegas perlu dikombinasikan dengan sifat lembut dan sifat hati-hati yang dimiliki oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, sedangkan sifat Abu Bakar yg lembut serta hati-hati perlu dikombinasikan dengan sifat Khalid bin Walid yang tegas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan hal ini serta mengatakan,

ﻭﻛﺎﻥ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻳﺆﺛﺮ ﻋﺰﻝ ﺧﺎﻟﺪ ﻭﺍﺳﺘﻨﺎﺑﺔ ﺃﺑﻲ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺠﺮﺍﺡ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ؛ ﻷﻥ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﻛﺎﻥ ﺷﺪﻳﺪﺍً ﻛﻌﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ، ﻭﺃﺑﺎ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﻛﺎﻥ ﻟﻴﻨﺎً ﻛﺄﺑﻲ ﺑﻜﺮ ، ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻷﺻﻠﺢ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﻟﻰ ﻣﻦ ﻭﻻﻩ ﻟﻴﻜﻮﻥ ﺃﻣﺮﻩ ﻣﻌﺘﺪﻻً

“Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu memilih penggantian Khalid dengan Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu sebab Khalid bersifat tegas seperti Umar bin Khattab. Abu Ubaidah bersifat lembut mirip Abu Bakar. yg paling baik adalah setiap keduanya (kombinasi tersebut) menjabat agar masalah menjadi seimbang.” [Majmu’ Fatawa 28/258]

Demikian juga penjelasan dari Syaikh Bin Baz, beliau mengatakan,

ﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺃﻥ ﻋﺰﻟﻪ ﻣﻦ ﻋﻤﺮ ﻛﺎﻥ ﻷﻣﺮ ﺳﻴﺎﺳﻲ ﺭﺁﻩ ، ﻭﺭﺃﻯ ﺇﺑﺪﺍﻟﻪ ﺑـﺄﺑﻲ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺠﺮﺍﺡ ، ﻷﻣﺮ ﺭﺁﻩ ﻛﻔﻴﻼً ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ .
ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ : ﺇﻥ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ : ﺇﻥ ﻋﻤﺮ ﻛﺎﻥ ﻗﻮﻳﺎً ﻓﻲ ﻛﻞ ﺍﻷﻣﻮﺭ، ﻭﻛﺎﻥ ﺧﺎﻟﺪ ﻛﺬﻟﻚ ﻗﻮﻳﺎً ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﻣﻮﺭ، ﻓﻨﺎﺳﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﻫﻮ ﺃﻣﻴﺮ ﻋﻤﺮ؛ ﻷﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻴﻨﺎً ﺭﻓﻴﻘﺎً، ﻟﻴﺲ ﻣﺜﻞ ﺧﺎﻟﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺪﺓ، ﺣﺘﻰ ﻳﻌﺘﺪﻝ ﺍﻷﻣﺮ

“Pendapat yg terkenal bahwa pencopotan Khalid oleh Umar karena buat siasat perang. Umar beranggap penggantian ini buat kemashlahatan kaum muslimin. Sebagian ulama berpendapat bahwa sebabnya ialah Umar bersifat tegas di seluruh urusan dan Khalid juga demikian, maka yang cocok bagi Umar adalah Abu Ubaidah menjadi panglima perang karena lembut dan penyayang, tidak mirip Khalid yang tegas. Hal ini membuat urusan jadi seimbang.” [Fatwa Nuur Alad Darb no. 8790]

Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan sebab itu. “Itu soal yg mampu dimaafkan,” istilah Umar menjelaskan pada Khalid. “tetapi menjadi khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. kamu artinya pahlawan perkasa yg tidak dapat dikalahkan pada setiap medan pertempuran. akan tetapi, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tak lagi memuji serta memuja Allah semata. saya khawatir mereka sebagai syirik. menjadi penanggung jawab saya harus membuktikan kepada semua umat, bahwa semata sebagai hamba Allah saya bisa memecat Khalid bin Walid menjadi panglima perang yang masyhur,” jelas Umar panjang lebar.

sesudah mendengar penjelaskan Khalifah Umar, Khalid tersadar serta menerima keputusan Umar yang bijaksana itu dengan keikhlasan yg sungguh-sungguh. Khalid pun mundur dari hadapan Khalifah Umar seraya melompat lagi ke medan pertempuran serta maju menyerang musuh, tidak lagi sebagai penglima perang tetapi menjadi prajurit biasa.

Orang-orang lain terheran-heran melihatnya, mengapa setelah dipecat Khalid masih mau terjun ke medan perang. Khalid pun berseru, “saya bertempur dan berjuang tidak sebab Khalifah Umar, akan tetapi aku berjuang karena Allah semata!.” seperti itu lah ekspresi dan manifestasi dari ruh tauhid sejati yang ditunjukkan Khalid bin Walid, yang bisa diteladani umat Islam.

telah membeli
45 minutes ago