Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Spesifikasi:
Penerbit : AGUNG MEDIA
Ukuran : A5 / 15 cm x 21 cm
Cover : Hard Cover
Kertas : QPP
Berat : 800 gram
Fitur :
– Doa Khatmil Quran
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Salah satu bentuk tradisi santri di Indonesia ialah Khotmil Quran. Apa itu Khotmil Quran?
Kata Khotmil Quran berasal dari bahasa Arab yaitu Khatm yang memiliki arti “membaca hingga akhir”. Sehingga Khotmil Quran atau khatam Al-Quran merupakan sebuah istilah untuk kegiatan pembacaan ayat Al-Quran dari awal surah hingga akhir surah di Al-Quran yang sesuai dengan urutan dalam mushaf Al-Quran. Penjelasan tersebut dipaparkan dalam buku Sejarah Sosial Pendidikan Islam oleh Tim Penyusun.
Mengutip pada buku Kumpulan Doa Dzikir Ramadhan yang ditulis oleh Ammi Nur Baits, terkait dengan membaca doa setelah selesai membaca Al-Quran, terdapat kemungkinan dilakukan ketika salat atau di luar salat.
Membaca doa setelah khatam Al-Quran ketika salat, sama sekali tidak ada dasarnya. Sementara itu, diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa beliau membaca doa setelah mengkhatamkan Al-Quran di luar salat. Hanya aja, doanya tidak sebagaimana doa khatam Al-Quran yang umumnya dikenal masyarakat.
Doa khatam Al-Quran tidak memiliki doa khusus. Anjuran untuk membaca doa setelah khatam merupakan salah satu pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ahmad, sebagaimana keterangan dari beberapa ulama Hanbali.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Berikut doa khatam Quran yang dilansir dalam buku yang berjudul Kumpulan Doa Dzikir Ramadhan yang ditulis oleh Ammi Nur Baits:
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
Bacaan latin: Allhummarhamni bilquran. Waj’alhu lii imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu maa nasiitu wa ‘allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilawatahu aana-allaili wa’atrofannahaar waj’alhu li hujatan ya rabbal ‘alamin.
Artinya: “Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-quran. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai tuhan semesta alam.”
Dalam riwayat sebetulnya tidak ada yang mengajarkan doa Khotmil Quran. Akan tetapi, sejumlah ulama memperbolehkan doa Khotmil Quran sesekali dibaca setelah menyelesaikan kitab suci.
Meskipun begitu, membaca doa Khotmil Quran atau tidak, jangan sampai mempengaruhi motivasi kita dalam membaca Al-Qur’an hingga khatam.
Mengkhatamkan Al Quran juga merupakan salah satu amal yang dicintai Allah SWT, yang dijelaskan dalam hadits berikut,
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ : الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ – قَالَ : وَمَا الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ؟ قَالَ الَّذِي يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah SAW, amalan apakah yang paling dicintai Allah SWT?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al Quran dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR Tirmidzi).
Yuk kita semangat membaca Al-Quran dan menyelesaikannya. Setelah itu bisa membaca doa Khotmil Quran ataupun tidak.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
– Daftar Isi Al Quran
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Dalam Al-Qur’an berisi kalam Allah SWT yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia di dunia. Al-Qur’an merupakan satu di antara mukjizat terbesar yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.
Seluruh umat Muslim tentu harus mengetahui dan memahami makna dari masing-masing ayat dalam Al-Qur’an agar hidupnya sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah SWT.
Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa Arab. Hingga saat ini keaslian Al-Qur’an tetap terjaga dan terus dibukukan dengan menggunakan bahasa Arab.
Melansir dari situs Kementerian Agama, Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 Surah, dan lebih dari 6200 ayat (dalam hal ini, ada berbagai mazhab yang memiliki pendapat berbeda-beda).
Surah yang ada di dalam Al-Qur’an mempunyai nama dan jumlah ayat yang berbeda-beda. Al-Qur’an dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
– Daftar Surah Sesuai Abjad
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Kalau mencari sebuah surah Al Qur’an, kadang perlu waktu kalau tidak hafal nomor urutannya. Dengan daftar ini, mudah dicari karena sesuai alfabet/abjat.
Kemarin saya sudah post daftar ini, tapi ada 2 surah yang punya nama yang berbeda, jadi sekarang sudah ditambahkan juga. Al-Mu’min juga dikenal sebagai Ghafir, dan Al-Lahab juga dikenal sebagai Al-Masad. Sekarang menjadi seperti ini:
Al-Mu`min (Ghafir) ( No. 40 )
Al-Lahab (Al-Masad) ( No. 111 )
Ada juga beberapa ejaan yang lebih umum di Indonesia, tetapi berbeda dengan versi online dari Pusat Percetakan Raja Fahd di Saudi. Saya sudah ganti semua nama surah supaya menggunakan ejaan yang lebih standard di Indonesia.
Kalau dikopi seluruh teksnya, dan paste di Word, bisa diprint atau disimpan dalam 1 halaman saja. Di bagian Page Layout, ada Page Setup, pilih Columns dan pilih 3 columns. Semuanya akan masuk 1 halaman A4.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
– Tajwid Praktis
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Tajwid (bahasa Arab: تجويد, translit. tajwīd) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan,[1] tajwid berasal dari kata jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun bukan.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf),[2] shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan), dan al-Khat al-Utsmani.
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat Al-Qur’an. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca Al-Qur’an adalah fardu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukalaf atau dewasa.
Adapun dalil dalil yang mewajibkan membaca Al-Qur’an dengan tajwid antara lain:
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
1. ada pun dalil yang pertama diambil dari Al-Qur’an. Allah swt berfirman yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)” [QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
2. yang kedua dalil as sunah (hadis). Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. (istri Nabi S.A.W.), ketika dia ditanya tentang bagaiman bacaan dan salat Rasulullah S.A.W., maka dia menjawab: “Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. salat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika dia salat tadi, kemudian Baginda kembali salat yang lamanya sama seperti ketika dia tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika dia salat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadis 2847 Jamik At-Tirmizi).
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
3. yang ketiga adalah dalil ijma ulama. Telah sepakat para ulama dari zaman Rasulullah sampai zaman sekarang, bahwa membaca Al-Qur’an dengan bertajwid adalah sesuatu yang fardu dan wajib.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
– Petunjuk Arah Kiblat
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Menghadap kiblat yaitu Ka’bah merupakan salah satu syarat sah sholat. Ketentuan menghadap kiblat itu sebagaimana perintah Allah SWT yang tertuang dalam ayat Alquran dan sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya.
Di antaranya yaitu: ”… Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya…’ (QS:al-Baqarah:144)
Ahli hadis dan usul fikih terkemuka, asy-Syaukani, menegaskan, menghadap ke arah kiblat merupakan salah satu syarat sah sholat. ”Ulama semuanya telah menetapkan hal itu, kecuali jika tak sanggup melakukannya,” papar ulama terkemuka itu.
Menurut dia, kekecualian itu seperti ketika mengalami ketakutan saat perang dan ketika sholat yang dikerjakan di atas kendaraan dalam sebuah perjalanan. Menghadap ke arah kiblat (Ka’bah), saat menunaikan ibadah sholat telah diperintahkan Allah SWT melalui Rasulullah SAW.
Dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 144, Allah SWT berfirman, ”Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”
”Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Selain itu, dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 149-150, Allah SWT juga memerintahkan hal yang sama, ”Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”
Perintah Sang Khalik itu diperkuat dengan hadis. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bila kamu hendak mengerjakan sholat, hendaklah menyempurnakan wudlu kemudian menghadap kiblat lalu takbir ” (HR Bukhari dan Muslim). Atas dasar ayat Alquran dan hadis itulah para ulama, menurut asy-Syaukani, bersepakat bahwa menghadap ke Baitullah hukumnya wajib bagi orang yang melakukan sholat.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
– Al Ma’surat Dzikir Pagi Petang
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Dzikir Al Matsurat adalah kumpulan dzikir yang disusun oleh Imam Hasan al-Banna. Dzikir ini bisa diamalkan setiap pagi dan sore.
Melansir buku karya Hasan al-Banna yang berjudul Al-Ma’tsurat bahwasanya bacaan dari Al Matsurat yang shahih dan berasal dari Nabi SAW ini sangat bagus jika dilakukan secara bersama-sama. Dzikir yang dilakukan secara bersama-sama ini baik dilakukan pada waktu pagi maupun sore hari di kediaman mereka maupun di masjid.
Namun, jika tidak bisa dilakukan secara berjamaah, dzikir tersebut dapat dilakukan sendirian. Dzikir Al Matsurat ini juga terdiri dari dua wazhifah yaitu wazhifah sughra dan wazhifah kubra. Seperti yang tertulis pada buku karya Hasan al-Banna.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
– Makharijul Huruf
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Jika membicarakan pelafalan dalam huruf hijaiyah, pastinya umat Muslim tahu apa yang dimaksud “makhorijul huruf hijaiyah”. Makhorijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.
Saat membaca Alquran, umat Muslim harus membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya. Sebab, jika terjadi suatu kesalahan dalam pelafalan huruf, hal itu bisa menimbulkan arti baru.
Apa Itu Makhorijul Huruf dan Pembagiannya?
Makhorijul huruf berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu makhoorij dan huruf. Secara etimologi, makhorijul huruf artinya tempat-tempat keluarnya huruf. Sementara menurut istilah, yang dimaksud dengan makhorijul huruf adalah tempat-tempat atau letak keluarnya huruf-huruf hijaiyah ketika membunyikannya.
Bagi orang-orang yang mempelajari ilmu tajwid dan membaca Alquran, makhorijul huruf hijaiyah merupakan materi dasar yang harus dikuasai dengan baik dan benar. Sebab, salah mengucapkan salah satu huruf hijaiyah berarti akan menyebabkan berubahnya makna atau arti di dalam Alquran.
Makhorijul huruf apa saja? Dikutip dari Modul Tajwid Al-Qur’an Konten Aplikasi Kampung Mengaji Digital oleh Sutarto Hadi, dkk. (2021: 5-7), makhorijul huruf dibagi menjadi 5 bagian, yaitu Asy-Syafatain (kedua bibir), Al-Jauf (rongga mulut), Al-Halq (rongga tenggorokan), Al-Lisan (lidah), dan Al-Khaisyum (pangkal hidung). Berikut masing-masing penjelasannya.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
Arti dan Jenis-Jenis Makhorijul Huruf
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
1. Asy-Syafatain (dua bibir) 4 Huruf
Asy-Syafatain artinya dua bibir, yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang berada di bibir. Asy-Syafatain terdiri dari 4 huruf dengan perincian sebagai berikut:
Fa’ ( ف ) keluar dari dalamnya bibir yang bawah, serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas.
Wawu ( و ), ba’ ( ب ), mim ( م ) keluar di antara dua bibir (antara bibir atas dan bawah). Hanya saja untuk wawu bibir membuka, sedangkan untuk ba’ dan mim bibir membungkam.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
2. Al-Halq (tenggorokan) 6 Huruf
Al-Halq artinya tenggorokan, yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada tenggorokan. Al-Halq terdiri dari 6 huruf yang dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pelafalannya, yaitu:
Asyqal Halqi (pangkal tenggorokan), yaitu hamzah ( ء ) dan ha’ ( هـ ).
Wasthul Halqi (pertengahan tenggorokan), yaitu ha’ ( ح ) dan ‘ain ( ع ).
Adnal Halqi (ujung tenggorokan), yaitu ghoin ( غ ) dan kho’ ( خ ).
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
3. Al-Lisan (lidah)
Al-Lisan artinya lidah, yaitu tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah yang berada di lidah. Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya dari lidah ada 18. Berdasarkan 18 huruf itu dapat dikelompokkan menjadi 10 makhraj, yaitu:
a. Sisi/tepi lidah/pangkal tepi lidah, yaitu huruf dho’ ( ض ). Bunyinya keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah kanan atau kiri) hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, serta menepati geraham.
b. Pangkal lidah (2 huruf)
Pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian belakang, yaitu huruf qof ( ق ). Bunyinya keluar dari pangkal lidah dekat dengan kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang.
Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah, yaitu huruf kaf ( ك ). Bunyinya keluar dari pangkal lidah di depan makhroj huruf qof, yang dihimpitkan ke langit-langit bagian mulut bagian tengah.
c. Tengah-tengah lidah, yaitu huruf jim ( ج ), syin ( ش ), dan ya’ ( ي ). Bunyinya keluar dari tengah-tengah lidah, serta menepati langit-langit mulut yang tepat di atasnya.
d. Ujung tepi lidah, yaitu huruf lam ( ل ). Bunyinya keluar dari tepi lidah (sebelah kiri atau kanan) hingga penghabisan ujung lidah, serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
e. Ujung lidah, yaitu huruf nun ( ن ). Bunyinya keluar dari ujung lidah (setelah makhrojnya lam), lebih masuk sedikit ke dasar lidah daripada lam, serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
f. Ujung lidah tepat, yaitu huruf ro’ ( ر ). Bunyinya keluar dari ujung lidah tepat (setelah makhrojnya nun dan lebih masuk ke dasar lidah daripada nun) serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
g. Kulit gusi atas, yaitu huruf dal ( د ), ta’ ( ت ), dan tho’ ( ط ). Bunyinya keluar dari ujung lidah serta menepati dengan pangkal gigi seri yang atas.
h. Runcing lidah, yaitu huruf shod ( ص ), sin ( س ), dan za’ ( ز ). Bunyinya keluar dari ujung lidah serta menepati ujung dua gigi seri yang bawah.
i. Gusi, yaitu huruf dho’ ( ظ ), tsa’ ( ث ), dan dzal ( ذ ). Bunyinya keluar dari ujung lidah serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
4. Al-Jauf (rongga mulut) 3 Huruf
Al-Jauf artinya rongga mulut, yaitu tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah yang terletak pada rongga mulut. Bunyi huruf yang keluar dari Al-Jauf terdiri dari tiga macam, yaitu alif ( ا ), wawu ( و ), ya’ ( ي ).
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
5. Al-Khaisyum (pangkal hidung)
Al-Kaishyum artinya pangkal hidung, yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada jalur hidung dengan suara dengung atau gunnah. Adapun huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf gunnah mim dan nun dengan ketentuan sebagai berikut.
Nun bertasydid
Mim bertasydid
Nun sukun yang dibaca idgham bighunnah, iqlab, dan ikhfa’ haqiqi
Mim sukun yang bertemu dengan mim atau ba’
Sifat-Sifat Huruf Hijaiyah
Secara bahasa, sifat-sifat huruf hijaiyah atau sifatul huruf adalah karakteristik yang melekat atau menetap pada huruf-huruf hijaiyah. Sementara menurut istilah, sifatul huruf artinya tata cara atau perilaku bunyi huruf ketika keluar dari makhrajnya.
Setiap huruf hijaiyah mempunyai sifat tersendiri yang bisa jadi punya sifat yang sama atau berbeda dengan huruf lain. Sifat ini akan muncul setelah huruf diucapkan dengan benar dan sesuai makhrajnya.
Dikutip dari Ilmu Tajwid Praktis oleh Muhammad Amri Amir (2019: 16-18), pembagian sifat makhraj huruf hijaiyah menurut Imam Ibu Al-Jazary terbagi menjadi dua, yaitu sifat yang berlawanan dan sifat yang tidak berlawanan. Adapun sifat-sifat hurufnya adalah sebagai berikut.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
1. Sifat Huruf yang Berlawanan
Hams dan Jahr, Hams adalah keluarnya (berembusnya) napas ketika mengucapkan huruf karena lemahnya tekanan terhadap makhraj huruf tersebut. Jahr adalah tertahannya aliran napas ketika mengucapkan huruf karena kuatnya tekanan terhadap makhraj huruf tersebut.
Syiddah dan Rakhawah, Syiddah bermakna tertahannya suara, sedangkan Rakhawah mengalirnya suara (suara tidak tertahan).
Isti’la dan Istifal, Isti’la bermakna lidah terangkat ketika membaca sebagian huruf, sedangkan Istifal ialah merendahnya lidah ketika membaca huruf tertentu.
Ithbaq dan Infitah, Ithbaq bermakna terangkatnya lidah hingga menutup semua langit-langit mulut. Sementara infitah yang berarti terbukanya lidah (tidak menutup semua langit-langit mulut).
Idzlaq dan Ishmat, Idzlaq berarti mudah dikeluarkan (diucapkan) dari mulut, karena makhrajnya dekat dengan ujung lidah. Ishmat berarti kebalikannya, yakni tidak semudah idzlaq dalam pengucapan.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
2. Sifat Huruf yang Tidak Berlawanan
Shafir yang bermakna suaranya berdesis.
Tafassyi dan Istithalah, Tafassyi bermakna udara yang banyak berhembus dari mulut, sedangkan Istithalah berarti makhraj yang memanjang dari ujung lidah ke ujung yang lain.
Inhiraf dan Takrir, Inhiraf bermakna condongnya huruf dari makhrajnya sampai ke ujung lidah, sedangkan takrir adalah bergetarnya ujung lidah saat mengucapkan huruf.
Qalqalah adalah suara tambahan (bunyi pantulan) dari pembacaan huruf tertentu.
Ghunnah adalah suara berdengung (memanjangkan) bacaan di dalam pengucapan huruf, yang berupa huruf Nun dan Mim sukun, serta yang bertasydid.
Lin/Layyin adalah keluarnya huruf dari mulut tanpa tekanan atau lidah sehingga dibaca lembut, lunak, atau mudah.
Al-Qur’an Resleting Non Terjemah
*NOTE* :
-Tanya terlebih dahulu untuk kesedian Stok buku/al quran Klik Disini
-Buku / Al Quran 100% ORIGINAL
-Berat yang tercantum di foto berbeda dengan berat yang tercantum di keterangan berat produk.
karena berat barang tersebut ditambahkan dengan perkiraan berat packing. (Packing dengan berat diatas 2 kg menggunakan lapisan buble wrap agar buku tidak rusak saat pengiriman)