Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Penerbit : Nur Ilmu Quran
Ukuran : A4 / Besar (21 cm x 30 cm)
Kertas : HVS
Sampul : Box mika – Isi Soft Cover
Berat : 2 kg
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Terjemah Standar kemenag RI
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Jakarta (Kemenag) — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Senin (14/10), meluncurkan terjemahan Al-Qur’an edisi penyempurnaan. Bersamaan dengan itu, dirilis juga Mushaf Al-Qur’an standar Indonesia Rasm Usmani, jabatan fungsional pentashih mushaf Al-Qur’an dan pangkalan data Mushaf Al-Qur’an Nusantara. Seremonial peluncuran berlangsung di Aula Bayt Al-Qur’an dan museum masjid Istiqlal, TMII, Jakarta.
“Terimakasih dan apresiasi tiada terhingga kepada tim yang tergabung dalam revisi penterjemahan alquran. Prosesnya berjalan lebih dari tiga setengah tahun. Alhamdulillah pekerjaan itu hari ini sudah bisa dituntaskan. Ini bagian kinerja Kementerian Agama, agar terjemah mengikuti konteks zamannya,” kata Menag di Gedung Bayt Al-Qur’an, TMII, Jakarta.
Edisi Penyempurnaan Terjemah Al-Qur’an terbitan Kementerian Agama ini diinisiasi oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang-Diklat Kemenag. Proses ini merupakan kali ketiga. Penerjemahan Al-Qur’an kali pertama oleh Kementerian Agama dilakukan pada tahun 1945. Saat itu yang menjadi Menteri Agama adalah Prof KH Saifuddin Zuhri. Agar terjemahan Al-Quran senantiasa relevan dengan perkembangan zaman, pada tahun 1989-2002 dilakukan penyempurnaan lagi. Sehingga, kali ini melakukan revisi yang ketiga.
“Yang dilakukan ini adalah edisi penyempurnaan, maksudnya proses yang tidak berkesudahan. Kita menggunakan kata penyempurnaan, karena terjemahan tidak akan sempurna dan terus mengalami perubahan, sesuai lingkungan strategis yang selalu berubah,” tegas Menag.
“Pastilah terjemahan itu dinamis, bahasa berubah, cara pandang juga berubah sesuai situasi kondisi yang kita alami,” sambungnya.
Kepala Badan dan Diklat Kemenag Abd Rahman Mas’ud sebelumnya melaporkan bahwa revisi dan penyempurnaan terjemahan Al-Qur’an dilaksanakan sejak 2016-2019. Prosesnya melibatkan para pakar Al-Quran, tafsir, bahasa arab, dan bahasa Indonesia. “Penyempurnaan dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek bahasa dan pilihan kata, konsistensi dan substansi,” kata Abd Rahman Mas’ud
Bahkan, lanjut Abd Rahman Mas’ud, dalam edisi penyempurnaan ini dilengkapi dengan sub judul, terjemahan nama surah dan mukadimah yang memuat sistematika dan metode penerjemahan. “Secara substansi, terjemahan Al-Qur’an Kementerian Agama edisi penyempurnaan ini bersifat moderat serta ramah gender dan difabel,
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Transliterasi / Latin Perayat
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Transliterasi Al-Qur’an dibuat sebagai alat bantu bagi sebagian orang yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dalam aksara Arab. Pengguna Al-Qur’an transliterasi dalam kalangan muallaf dirasa sangat dibutuhkan, karena mereka belum cukup mengenal huruf Arab. Dalam praktiknya, para pengguna tidak begitu memahami beberapa simbol dalam transliterasi yang terdapat pada mushaf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan para santri di Pesantren Annaba Center Indonesia dan mengetahui dampak dari transliterasi Al-Qur’an bagi mereka. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah para santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam ternyata memberikan dampak bagi siapa pun yang berinteraksi dengannya tidak terkecuali pada mushaf Al-Qur’an Tranliterasi, salah satunya para santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia. Dampak Al-Qur’an bertransliterasi penulis membaginya kepada 2 macam yaitu; dampak positif dan dampak negatif. Pertama, dampak positifnya yaitu memberikan kemudahan sebagai alat bantu dalam membaca Al-Qur’an bagi kalangan muallaf yang sebelumnya belum cukup mengenal huruf Arab dan menjadikan transliterasi Al-Qur’an sebagai alat kontrol bacaan dalam membaca AlQur’an. Kedua, dampak negatifnya yaitu dapat memanjakan para pengguna jikalau tidak didampingi atau tidak dibimbing intensif. Dari sini dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa pentingnya talaqī musyāfahah.
Dari data yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui ada beberapa problematika pengguna Al-Qur’an bertransliterasi sebagai berikut: Pertama, intensitas membaca Al-Qur’an yang minim. Kedua, pengetahuan dasar yang minim tentang huruf Arab. Para muallaf di pesantren Annaba Center Indonesia mengalami kesulitan atau kebingungan dalam melafalkan huruf-huruf yang tidak ada padanannya seperti huruf ص yang tertulis dalam transliterasi SKB2M tertulis ṣ. Maka dari itu sangat diperlukan pendamping yang mendengarkan dan mengajarkan
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Tanda Tajwid Warna
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Tajwid adalah melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan tempat keluarnya (Makhraj), sifat-sifatnya, dan ketentuan hukum bacaannya. Tajwid yang dimaksud dalam pedoman ini berdasarkan riwayat Imam Hafs dari Ashim melalui jalur (Thariq)) Syatibiyah.
Tajwid Sistem Warna adalah penandaan hukum bacaan tajwid dengan lambang atau warna yang dibubuhkan pada huruf atau tanda baca agar dapat dilafalkan sesuai dengan kaidah tajwid.
Banyaknya penerbit Mushaf yang berkembang di Indonesia ,juga ikut Menumbuhkan ide-ide kreatif dari penerbit untuk mempermudah para pembaca al quran ,salah satunya adalah dengan cara metode warna,metode warna ini bisa membantu para pembaca untuk mengetahui hokum tajwid yang telah di rumuskan berdasarkan warna tertentu dari masing-masing penerbit.biasanya penerbit al quran menggunakan warna yang di ambil dari kelompok warna CMYK atau hasil dari Sparasi CMYK ( Cyan, Magenta,Yellow dan Black) seperti warna magenta untuk hukum warna yang di baca Idgham atau Yang Mempunyai Bunyi dengung,cyan untuk hukum tulisan yang tidak di bunyikan,Black untuk hukum yang di baca jelas atau Idhar Dan yang lainnya.
Setiap penerbit mempunyai metode tersendiri untuk penggunaan warnanya, bisa jadi di Penerbit A’’ warna Magenta di gunakan untuk menandai hokum bacaan idhar, dan di Penerbit B’’ warna magenta di gunakan untuk Menandai hokum bacaan Ikhfa ,sesuai yang di inginkan si empunya /pembuatnya.hal ini di penerbitan al quran Indonesia sudah berlangsung cukup lama. Jadi setiap penerbit mengeluarkan mushaf sistem warna berbeda-beda dalam satu hokum bacaan tajwid, hal ini terkadang justru membingungkan bagi para pembaca yang ingin berganti al quran dari satu penerbit ke penerbit yang lain, karena sisitem penggunaan warna yang berbeda pada satu kukum bacaan tajwid,dan tentunya pembaca juga akan membutukan penyesuian yang tidak cepat.
Melihat realita seperti ini mendorong Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an berupaya untuk menyusun pedoman Tajwid Sistem Warna hal ini sesuia rekomendasi pada acara lokakarya yang dilaksanakan tanggal 27-29 Oktober 2009 di Bogor. Buku ini selanjutnya akan menjadi pedoman untuk setiap penerbitan mushaf Al-Qur’an dengan tajwid sistem warna di Indonesia.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Tanda Tanafus ( Waqaf & Ibtida)
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Pembacaan waqaf (berhenti) dan ibtida’ (memulai kembali) dalam membaca Al-Qur’an memang tidak asing lagi. Dalam Al-Qur’an pun sudah ditentukan simbol-simbol khusus agar memudahkan, seperti simbol huruf ج (baca: jaiz, menandakan boleh berhenti), قلى (baca: al-waqfu aula, menandakan waqaf lebih utama), صلى (baca: al-washlu aula, menandakan washal [lanjut] lebih utama), م (baca: lazim, menandakan wajib berhenti), dan sebagainya. Namun pada prakteknya, pemahaman waqaf dan ibtida’ tidak semudah yang telah dipelajari hanya bersandar pada simbol-simbol di atas. Di samping pembelajaran Al-Qur’an harus ada bimbingan dari seorang guru, pembaca Al-Qur’an perlu memperhatikan tanda baca (kapan berhenti dan memulai) dari ayat yang dibaca, agar tidak keliru dalam memahami maksud yang disampaikan Al-Qur’an.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Kenapa tanda baca itu penting? Sederhananya dalam tata bahasa Indonesia, orang bila membaca atau berbicara tanpa tanda titik atau koma, kemungkinan besar akan memberikan kesan gagal paham bagi si pendengar. Penulis analogikan pada contoh ini: “Kucing makan tikus mati”. Pada kalimat itu terdapat empat kata tanpa tanda baca. Tentu akan menimbulkan beragam premis (multi diversity). Jika kita berhenti pada dua kata pertama (kucing makan), lalu kita lanjut dua kata setelahnya (tikus mati), maka memberikan konklusi kucing tetap hidup dan tikus mati. Jika kita berhenti pada tiga kata pertama (kucing makan tikus), maka konklusinya kucing dan tikus sama-sama mati. Jika kita berhenti pada kata pertama (kucing), lalu kita lanjut kata setelahnya (makan tikus mati), maka konklusinya kucing tetap hidup, dan ada subjek yang belum diketahui mati lantaran makan tikus.
Demikian pula bila orang membaca Al-Qur’an tanpa mengetahui tanda baca waqaf dan ibtida’, tentu akan memberikan pemaknaan yang berbeda. Dari sini ulama memberikan peringatan kepada para pembaca Al-Qur’an agar senantiasa belajar dan mengetahui kapan berhenti dan kapan memulai bacaannya kembali.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Asbabun Nuzul
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Al Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mempelajari Al Quran, ada satu pokok pembahasan yang sering disebut dengan asbabun nuzul.
Asbabun nuzul digunakan untuk memahami ayat-ayat Al Quran. Ungkapan asbabun nuzul atau asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Pan Suaidi dalam Jurnal Almufida (Jurnal Ilmu Ilmu Keislaman) menjelaskan, meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu disebut asbabun nuzul, namun dalam pemakaiannya ungkapan asbabun nuzul khusus digunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al Quran. Seperti halnya asbab al-wurud yang secara khusus digunakan untuk mengetahui sebab terjadinya hadits.
Ada perbedaan redaksional terkait pengertian asbabun nuzul di kalangan ulama. Namun, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al Quran dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dari kejadian tersebut.
Asbabun nuzul juga dapat dikatakan sebagai bahan sejarah yang digunakan untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat-ayat Al Quran. Safril dalam jurnal Syahadah menjelaskan, ilmu ini memberikan pemahaman terhadap hubungan nash dan realitas.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Doa Doa
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Doa merupakan unsur paling esensial dalam beribadah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Doa itu ibadah” dan “Tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang.”
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Doa juga merupakan bukti penghambaan kepada Allah SWT. Bahwa hanya kepada-Nya kita beribadah dan meminta pertolongan.
Sebagai umat Islam kita dianjurkan untuk senantiasa membaca doa dalam setiap aktivitas. Segala aktivitas yang dilakukan setiap hari semestinya dimulai dan diakhiri dengan berdoa.
Banyak sekali doa yang dapat kita panjatkan sesuai dengan hajat atau keinginan yang hendak dicapai. Adapun di antara doa-doa berikut ini tercantum dalam ayat Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang memberikan banyak pelajaran hidup.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Etika Membaca Al Qur’an
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
“Kitab Al Quran merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu, ilmu dalam mempelajari Alquran adalah sebaik-baiknya ilmu dan lebih diutamakan dibanding ilmu yang lain.” Terangnya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad: ‘Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.’ (HR Bukhari).
Adapun sebagai seorang Muslim yang baik, sebelum membaca atau bahkan mempelajari Alquran sangat perlu dalam memperhatikan adab-adabnya.
“Apa saja adab-adab yang perlu diperhatikan seorang Muslim untuk mendapatkan kesempurnaan dalam membaca Alquran ?
Berikut ini adab-adabnya yang disampaikan oleh Riska. Yang pertama memulai membaca Alquran dengan isti’adzah.
Kalimat isti’adzah atau taawudz merupakan sebuah doa untuk memohon penjagaan dan perlindungan dari godaan setan. Pertama adalah membaca Alquran dalam keadaan suci, duduk dengan sopan dan tenang.
“Ketika membaca Alquran seorang Muslim dianjurkan dalam keadaan suci dari najis Baik itu badan, pakaian, maupun tempat membaca Alquran harus terbebas dari najis.” Tandas Riska
Dan yang kedua yaitu membaca dengan tartil. Membaca dengan tartil (pelan) dan tidak terburu-buru, agar dapat menghayati setiap ayat yang dibaca.
Dan yang ketiga membaca Al Quran dengan tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah,
“Seperti contohnya tidak mengganggu yang sedang salat, serta tidak membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah Alquran dengan suara yang lirih dan khusyu.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Adab-adab tersebut merupakan patokan bagi seorang muslim untuk mendapatkan kesempurnaan dalam membaca Alquran . Dengan demikian, diharapkan agar setiap Muslim selalu menjaga adabnya dalam mempelajari ataupun membaca kitab suci Alquran
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Panduan Tajwid
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Ilmu tajwid merupakan suatu ilmu yang sangat penting di dalam kita membaca al-Quran. Seseorang yang membaca alQuran harus tahu dan paham dengan ilmu tajwid ini, sebab bagaimanapun indah dan merdunya suara seseorang ketika membaca al-quran, tanpa ilmu tajwid maka tidaklah sempurna bacaannya, karena tajwid ini merupakan kaedah untuk memperoleh bacaan Al-Qur’an.
Ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana kita bisa membaca al-Quran dengan benar dan tepat, baik ketika hurup terpisah (tunggal) maupun bertemu dengan hurup lain.
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan lidah dalam menyebut hurup-hurup al-Quran sehingga kita bisa membaca al-Quran dengan sempurna. Sedangkan hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu kifayah, dan mengamalkannya adalah Fardu ‘Ain bagi tiap-tiap orang islam yang membaca Al-Qur’an, baik lelaki maupun perempuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yaitu: ٚ َ ِص د أ ًِ َػٍَ ١ِٗ ِّ مُ ش َءا َْ َٚ َسر رَ شرِ١ً ل ٱٌ Artinya: “dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).
Adapun tartil disini maksudnya adalah memperbaiki atau memperindah bacaan hurup hijaiyyah yang terdapat 2 dalam Al-Qur’an, dan mengerti hukum-hukum Ibtida’ wal Waqaf (cara memulai dan berhenti baik ketika waqaf atau berhenti di tengah-tengah.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
– Asmaul Husna
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Sebagai umat Islam, kaum Muslim wajib mengetahui Asmaul Husna. Jika menilik arti Asmaul Husna secara bahasa, berarti ‘nama-nama yang indah dan baik’.
Maksudnya ialah nama-nama yang menjelaskan sifat-sifat Allah SWT yang indah lagi baik. Nama-nama indah dan baik Allah SWT atau Asmaul Husna ini tercantum di dalam kitab suci umat Islam, Al-Qur’an.
Jumlah nama-nama indah lagi baik Allah SWT atau Asmaul Husna tersebut ada 99. Sebenarnya, nama-nama baik Allah SWT memiliki jauh lebih banyak, namun jumlah yang paling masyhur adalah 99. Seperti yang terdapat dalam hadis Bukhari dan Muslim:
“Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang memahaminya akan masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Nama-nama ini tidak hanya menunjukkan keindahan, namun juga mewakili keagungan serta kesempurnaan-Nya. Terkait Asmaul Husna, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
“Tidak ada Tuhan Melainkan Allah. Dialah Allah yang memiliki asmaul husna (nama-nama yang terbaik).” (QS. Thaha ayat 8).
Setiap Asmaul Husna memiliki arti dan makna tersendiri yang tentunya sangat baik. 99 nama Allah SWT ini memiliki berbagai keutamaan saat kamu memahaminya. Itulah mengapa, menghafalkan dan memahami makna Asmaul Husna menjadi satu di antara hal yang sangat penting.
Bagi kamu yang ingin menghafalkan dan memahami Asmaul Husna, bisa menyimak daftar di bawah ini. Dengan begitu, kamu juga akan mendapatkan manfaat dari Asmaul Husna tersebut.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
Manfaat Menghafalkan dan Memahami Asmaul Husna
1. Manfaat Menghafalkan dan Memahami Asmaul Husna
Takut Kepada Allah SWT
Hal ini disampaikan Allah SWT melalui firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 191:
“Allaziina yazkurunallaaha qiyaamaw wa qu’udaw wa ‘alaa junubihim wa yatafakkaruna fii khalqis-samaawaati wal-ard, rabbanaa maa khalaqta haazaa baatilaa, sub-haanaka fa qinaa ‘azaaban-naar.”
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Mendapatkan Ketenangan Hati
Orang-orang yang mengingat Allah SWT atau melalukan zikir menyebut asma Allah SWT, maka akan mendapatkan ketenangan hati.
Dalam surat Ar Rad ayat 28, Allah SWT berfirman:
“Allaziina aamanu wa tatma’innu qulubuhum bizikrillaah, alaa bizikrillaahi tatma’innul-qulub.”
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah SWT, hati menjadi tenteram.”
Hidup untuk Beribadah
Dengan membaca Asmaul Husna setiap hari, seseorang menjadi selalu ingat atas kekuasaan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 14, Allah SWT berfirman:
“Innanii anallaahu laa ilaaha illaa ana fa’budnii wa aqimis-salaata lizikrii.”
Artinya:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah SWT, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.”
Dari ayat tersebut Allah SWT memperingatkan umat-Nya untuk senantiasa mengingat dan menyembah-Nya. Seorang Muslim yang benar-benar mengikuti perintah-Nya, hidupnya akan selalu beribadah dan mencari keridaan Allah SWT.
Al-Qur’an Al Munjid Per Juz
https://rizkybarokah.co.id/produk/al-quran-al-munjid-per-juz/