Buku Tasawuf Modern – Penerbit Republika
Penulis : Buya HAMKA
Penerbit : Republika Penerbit
ISBN : 9786028997980
Tahun Terbit : 2018
Bahan Sampul : Soft Cover
buku tasawuf modern tidak menguraikan perihal tasawuf, meski judul Buku Tasawuf modern. buku ini tetap relevan, meski ditulis puluhan tahun yang lalu. Temanya tentang bahagia, topik yang tidak pernah terselesaikan diperbincangkan, dan selalu ingin diwujudukan oleh siapa pun, di mana pun, dan menggunakan cara apa pun.
Ditulis oleh cendekiawan muslim berwawasan luas, dengan latar belakang sastrawan, menjadikan buku ini bukan saja kaya makna, tapi juga enak dibaca. ayo kita lihat salah satu uraiannya, “…Berbagailah yang ada ketika memberi keputusan. terdapat yg berkata baik, sebab sayang, ada yg mengatakan buruk , sebab benci. banyak sekali ragam keputusan berdasarkan pengalaman, ilmu, dan penyelidikan….senang serta celaka itu hanya berpusat kepada sanubari orang, bukan pada zat barang yg dipandang. Bagi kebanyakan orang, masuk bui sebagai kecelakaan serta kehinaan, bagi setengahnya juga, sebagai kemuliaan serta kebahagiaan.”
seringkali orang mencari bahagia dengan mengorbankan waktu, tenaga, keluarga, bahkan nyawa. Padahal, senang terdapat pada dalam diri kita, dekat dengan kita.
Tasawuf dalam buku ini tidaklah dimaknai seperti itu. Buya Hamka memaknai tasawuf sejalan dengan al-Junaid al-Baghdadi yang mengartikan tasawuf menjadi, “keluar dari budi pekerti yg tercela dan masuk ke budi pekerti yang terpuji.”
Inilah tujuan awal hadirnya tasawuf yaitu membersihkan jiwa, mendidik serta mempertinggi derajat budi dengan menekan segala kelobaan serta kerakusan.
dengan pemahaman seperti ini, bagi buya Hamka tidak ada yang salah dengan bekerja keras pada mengumpulkan harta atau berupaya tanpa kenal lelah buat menggapai kuasa. Justru ini sejalan menggunakan ajaran Islam yang mendorong ummatnya buat mencari rezeki serta mengambil sebab-sebab mencapai kemuliaan, ketinggian, serta keagungan dalam hidup.
namun, jangan salah menempatkannya. Kekayaan, kekuasaan, serta segala kesenangan dunia ditempatkan sebagai jalan, bukan tujuan. dalam menggapai bahagia contohnya, kekayaan artinya jalan, bukan kebahagiaan itu sendiri.
perjalanan kita pada dunia ibarat pelayaran kapal yang singgah pada sebuah pulau yang indah . tetapi, sejak awak nakhoda sudah mengingatkan bahwa izin turun hanya untuk beristirahat sejenak. Silakan melihat-lihat, tapi jangan lalai Jika datang panggilan hendak melanjutkan pelayaran.
setengah orang, diikutinya perintah nakhoda itu, dia turun ke daratan, mengambil barang-barang sekadar yg berguna, tidak membuang-buang tempo, sesudah selesai beliau pun kembali ke kapal. Setengahnya lagi terpedaya dan terlambat naik, sehingga tempat duduknya sudah digantikan orang lain.
Adapun sebagian pula, dan inilah yg terbesar, lalai serta lengah, terpedaya, lupa bahwa perjalanannya masih jauh.
Tertarik beliau menggunakan keindahan yang terdapat pada pulau itu, sehingga disangkanya tak ada lagi keindahan serta kecantikan sesudah itu. sudah berkali-kali lonceng berbunyi menyuruh naik ke kapal, dia masih acuh tak acuh. tiba-tiba datang masa dan waktunya, kapal membongkar sauhnya dan mereka tertinggal dalam pulau itu.
agar tidak salah langkah saat dalam mengarungi dunia, agama harus sebagai pijakan. hidup dengan berpedoman pada agama itulah jalan kebahagiaan sejati. Kaya atau miskin, penguasa atau masyarakat jelata, sukses atau gagal tidak menghalanginya buat hidup bahagia. sebab baginya, semuanya adalah jalan buat menggapai kebahagiaan sejati pada akhirat nanti.
buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1939. Mulai ditulis semenjak pertengahan 1937 dan dimuat di majalah pedoman masyarakat. Meskipun demikian, pesan-pesan yg disampaikan buku ini tetap relevan walau generasi telah berganti, zaman sudah berubah.