Novel Merindu Baginda Nabi – HABIBURAHMAN EL-SHIRAZY
Judul : Merindu Baginda Nabi
Penulis : Habiburrahman El-Shirazy
Penerbit: Republika
Terbit : April 2018
Tebal : 176 halaman
genre : Novel, religi
Awan putih yang bergerombol itu seumpama deretan jutaan malaikat yang sedang berzikir dalam diam. Gadis berjilbab merah marun itu menyeka air matanya sambil memandang ke luar jendela pesawat yang dinaikinya. ada kerinduan yang menggelegak serta membara pada dadanya. Kerinduan kepada Baginda Nabi, menyatu dengan kerinduan pada abah dan umminya, dan teman-temannya, anak-anak yatim pada Darus Sakinah sana.
diam-diam beliau merasa iri dengan abahnya. Bagaimana abahnya bisa mempunyai rasa rindu sedemikian dalam pada Baginda Nabi Saw.. ia berharap suatu saat juga memiliki rasa rindu seperti itu. Rasa rindu nan dahsyat yang hanya dikaruniakan sang Allah kepada hamba-hamba terpilih.
diam-diam beliau merasa iri dengan abahnya. Bagaimana abahnya mampu mempunyai rasa rindu sedemikian dalam kepada Baginda Nabi Saw.. beliau berharap suatu saat juga mempunyai rasa rindu mirip itu. Rasa rindu nan dahsyat yg hanya dikaruniakan oleh Allah kepada hamba-hamba terpilih.
Diusung dengan branding “sebuah novel pembangun jiwa”, Kang Abik (sapan penulis) mendeskripsikan perjuangan seorang gadis muda sederhana namun kaya prestasi. kenyataan yang telah banyak kita lihat dikehidupan nyata, tetapi kadang sering orang lupakan.
Kang Abik mengajak pembacanya belajar untuk “sawang sinawang” (baca: saling menghargai kehidupan diri masing-masing) melalui kehidupan Syarifatul Bariyah atau yg biasa pada sapa Rifa beserta keluarganya.
Latar belakang hidup Rifa berbeda dari kebanyakan anak pada umumnya. dia tidak mengetahui orang tua kandungnya, karena yg ia pahami, ia hanya anak pungut dari tempat sampah oleh Mbah Tentrem, nenek baik hati yg terkenal dengan sifat ramah dan kebaikannya. tetapi Mbah Tentrem tidak lama merawat bayi Rifa sebab Allah memanggilnya sebelum Rifa mampu mengenalnya. Bayi Rifa pun berpindah asuhan ke Pak Nur dan Bu Salamah.
Mereka berdualah yg lalu dipasrahi mengasuh sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yatim dhuafa di tanah waqaf milik Mbah Tentrem. sejak saat itu nasib Rifa berubah. Bayi yang dipungut asal tong sampah itu tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang.
No time being sorry for living. Rifa pun tumbuh sebagai gadis cerdas, ramah dan rendah hati lalu menjalani takdirnya dengan banyak keajaiban dan pertolongan Allah.Melalui latar belakang hidup Rifa, Kang Abik mengingatkan kita bahwa Allah setiap orang lahir dengan rizkinya masing-masing tanpa khawatir tertukar.
waktu berlalu, Rifa dengan sifatnya demikian merasa bersyukur atas didikan orang tua angkatnya yang sederhana dan zuhud. ada beberapa hal yang menjadi catatan penting pada novel Merindu Baginda Nabi. Khususnya pesan-pesan Pak Nur pada anaknya.
“Nduk, bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. dan ingat, jangan sampai kau membuat malu Baginda Nabi! ingat, jangan sampai kau membuat malu Baginda Nabi!” (hal.11) Pak Nur memang terkenal dengan kecintaanya pada Rasulullah dan membuat Rifa terinspirasi dan ingin mempunyai kerinduan serupa.
perseteruan dalam novel ini beragam, seputar kehidupan Rifa serta keluarganya. Mungkin inilah karena Kang Abik memberi tanda “novel pembangun jiwa” sebab banyak hal pada kehidupan yang membuat jiwa kita ikut belajar serta membentuk kekuatan jiwa.
Mungkin Rifa berasal dari ketidak beruntungan nasib, akan tetapi takdir Allah tetap yg terbaik. Rifa pada akhirnya mempunyai banyak teman yang punya semangat belajar tinggi, dicintai tetangga serta anak2 panti asuhan bahkan menjejakkan kaki di Amerika dalam pertukaran pelajar.
namun tentu setiap kisah tak selalu berjalan datar, perseteruan muncul waktu Rifa mendapat kesempatan untuk pertukaran pelajar di Amerika. Rivalnya, Arum merasa tak terima kemudian melakukan banyak hal buat melampiaskan kecemburuannya dengan maksudkan mencelakai Rifa.
tetapi Rifa selalu ingat kata abahnya, “Nak, Jika ingin jadi yang terbaik itu bagus, tapi bisa ksatria dan sportif itu jauh lebih mengagumkan serta mulia.” (hal. 39) Rifa sama sekali tidak ingin membalas Arum dengan kebencian pula. Justru kebaikan Rifa disalah artikan ditambah teman Arum menghasut Arum buat lebih membenci Rifa. Digambarkan sebagai peran antagonis, Arum, pada akhirnya dia menerima ganjaran.
Selain Rifa, Pak Nur juga mengambil peran besar pada kisah ini. Kecintaannya kepada Baginda Rasulullah SAW, digambarkan pada judul pada bab 12. yang mana Pak Nur pada akhirnya melaksanakan umrah dengan Bu Salamah.
Merek berziarah ke makam nabi. Keduanya umrah menggunakan uang yang susah payah beliau kumpulkan sendiri dari usaha bakso setelah selama ini uangnya mereka kebanyakan buat membiayai ponpes yatim dhuafa. Allah mengijabah doa Pak Nur serta Bu Salamah bahkan Pak Nur diizinkan melepaskan rindu kepada “kanjeng nabi” dengan menetap disana. dia meninggal di tanah Madinah seperti Rasul.
banyak pelajaran yang mampu diambil dari novel Merindu Baginda Nabi. sebab berangkat dari kisah keseharian pembaca diajak mengambil kebaikannya secara instan serta mudah. Melalui petuah langsung dari seorang ayah ke anak, antar sahabat, guru ke murid dan banyak lagi. Hampir semua nasihat dan pengajarannya disampaikan secara gamblang tanpa kesan eksplisit sehingga pembaca tidak diberi kesempatan membayangkan makna bagi diri sendiri.
namun tetap bagi saya pribadi yg mengagumkan dari Kang Abik adalah penggambaran setting dan suasananya. Novel ini banyak mengambil setting di kota Malang. Pembaca yg mungkin artinya orang malang atau mahasiswa yg kuliah di Malang mungkin bisa ikut membayangkan daerah-tempat yg disebutkan. sambil mengira-ngira dimana tempat yg disebutkan. namun buat pembaca umum pengambaran daerah pasti akan mempunyai kesan yang Beragam.