Banyak dari kita yang belum tahu bahaya dari ghibah dalam islam, berikut sedikit penjelasan dari bahayanya ghibah dalam islam.
Apa itu Ghibah, Namimah, dan Dusta? Jangan pernah melakukannya agar tak kena Azab
Dilansir dari wikipedia Ghibah yaitu pembicaraan jahat tentang seseorang yang tidak hadir. Pembicaraan itu benar tapi tidak penting. Prinsip utamanya adalah kata-kata akan menyakiti hati orang yang dibicarakan. menurut agama Islam ghibah adalah sebuah dosa.
Istilah ghibah mirip dengan gosip, fitnah, dan buhtan. Buhtan sendiri adalah pembicaraan jahat tentang seseorang yang tak benar dan dosanya lebih besar dari ghibah, namun bukan berarti kamu dapat melakukan ghibah ya.
Berikut ada salah satu rekomendasi buku yang bisa jadi referensi serta panduan untuk kamu baca.
Jerat – Jerat Lisan (Mengupas bahaya ghibah, namimah, dan dusta)
Penulis: Hasan Sa’udi Ahmad Hasan Irabi
Penerbit: Pustaka ArafahUkuran: 10 cm x 14,5 cm
Cover: Soft Cover
Berat: 150 gram
Tebal: 144 halaman
Hendaknya pelaku ghibah mengetahui bahwa dirinya terancam kemurkaan Allah karena ghibah yang dilakukannya, dan mengetahui bahwa hal tersebut akan menghapus kebaikan-kebaikannya di Hari Kiamat.
Sesungguhnya kebaikan-kebaikannya akan dipindahkan kepada orang yang dighibahnya sebagai balasan karena telah merusak kehormatannya.
Baca Juga : 7 Rekomendasi Buku Inspiratif Islami
Buku Jerat-Jerat lisan Mengupas Bahaya Ghibah Namimah, merupakan terjemahan dari kitab Ihdzar Al-Ghibah Wa An-Namimah dan Ihdzar Al-Kidzb. Mengupas bahaya ghibah, namimah, dan dusta dalam sajian ringkas dan sederhana.
Di dalam buku ini juga menjelaskan tentang banyaknya bahaya lisan yang bisa terjadi dalam kehidupan. Tidak heran di zaman sekarang ghibah sudah menjadi kebiasaan saat berkumpul satu sama lainnya, ataupun disaat memiliki waktu luang.
Penjelasan Namimah dalam islam
Seperti dilansir dari detik.com Namimah adalah perbuatan tercela yang wajib dihindari oleh setiap muslim. menurut sebuah riwayat, namimah dapat menyebabkan siksa kubur.
Hal ini disebutkan Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawa’id dan Al-Mundziri dalam At-Targhrib wa At-Tarhib bahwa Abu Hurairah RA mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya dusta akan menghitamkan wajah dan namimah menyebabkan siksa kubur.”
Sedangkan Namimah adalah Namimah adalah adu domba. Harjan Syuhada dan Fida’ Abdilah menjelaskan dalam buku Akidah Akhlak, namimah berasal dari bahasa Arab namimatu (النمیمه) yang artinya menyebarkan atau mengandung fitnah.
Adapun, secara istilah namimah adalah perbuatan yang dapat mengadu domba dua orang atau kelompok sehingga menimbulkan permusuhan dan saling membenci. Rofa’ah dalam buku Akhlak Keagamaan menjelaskan, perilaku ini biasa muncul akibat perasaan iri hati dan dengki terhadap keberuntungan yang dimiliki orang lain.
Namimah termasuk dosa besar yang mengandung dosa-dosa yang sangat banyak. perilaku tercela ini akan menyeret pelakunya ke dalam neraka dan mengharamkannya dari kenikmatan surga.
Selain itu, kata Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, namimah juga akan menghancurkan amal yang telah diperbuat. Sebab, namimah adalah ciri kerendahan, lemah, fitnah, tipu daya, mencari muka, dan munafik.
“Namimah akan menghancurkan kebaikan, menyia-nyiakan pahala amal saleh, menghilangkan cinta kasih, menjauhkan simpati, meruntuhkan persaudaraan, persahabatan dan persatuan,” ucapnya.
Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 12:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢
Artinya: “Wahai orang-orang yg beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada pada antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Penjelasan Sikap Dusta
Sikap suka berdusta artinya sama dengan sikap orang yang suka berbohong. Dusta atau bohong lawan dari sikap jujur yang disukai setiap orang dan Allah SWT.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, istri Nabi Muhammad SAW yaitu Aisyah menyampaikan sikap yang paling dibenci Allah adalah sikap suka berdusta.
Dalam hadist dijelaskan
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعُمَرَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Rasulullah SAW bersabda,
“Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga. Tidaklah seorang bersikap jujur dan selalu berbuat jujur hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. dan hendaklah kalian menjauhi sikap dusta, karena kedustaan itu akan membawa pada kekejian, sedangkan kekejian akan membawa kepada neraka. dan tidaklah seorang berbuat dusta dan selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR At-Tirmidzi)
Sikap suka berdusta dijelaskan sebagai sikap yang membawa seseorang pada kekejian, sedangkan kekejian akan membawa ke neraka.