Review Buku Lapis-Lapis Keberkahan Karya Salim A Fillah
SalimA Fillah , meluncurkan karyanya yang berjudul “ Lapis-lapis Keberkahan ” pada 2014 lalu. Ia menggaet Pro-U Media sebagai penerbitnya. Buku itu sempat laku keras lantaran permintaan pasar yang besar.
Melalui karyanya, Salim menghadirkan bahasa yang tidak kaku dan luwes dalam menyampaikan gagasannya.
Tak heran, bila buku ini diminati oleh berbagai kalangan dan terus dibaca. Bahkan, bukan hanya bahasa yang luwes, gagasan Salim yang tertuang di buku tersebut, menurut beberapa pengulas, layaknya oase di tengah padang pasir.
Membaca buku ini, tidak seperti membaca buku agama, Yang biasanya ‘berat’ untuk dicerna. Namun Dalam buku ini seperti membaca buku dongeng yang tentunya bukan dongeng sembarang dongeng, melainkan kisah-kisah tentang keberkahan, tetang orang-orang terdahulu yang hidup dengan penuh keberkahan.
Buku Lapis-Lapis Keberkahan ini mengumpulkan kisah-kisah dari nukilan ayat-ayat Quran, dari beragam kitab para ulama, dan juga dari berbagai referensi kekinian yang dituliskan dengan tidak terkesan menggurui, lebih kepada bertutur hikmah.
Buku Lapis-Lapis Keberkahan memliki tebal 518 halaman dan semua itu dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama berjudul Beriris-iris Asas Makna, bagian kedua berjudul Bertumpuk-tumpuk Bahan Karya, dan bab terakhir berjudul Bersusun-susun Rasa Surga dan di setiap bagian tersebut masih ada sub bab lagi.
Bagian pertamanya, penulis mengajak untuk merenungi konsep kebahagiaan yang selama ini terpatri pada pandangan hampir semua orang. Pada bagian kedua, Salim a fillah menawarkan hal-hal yang dapat jadikan modal untuk meraih ridho-Nya. Lalu pada bagian terakhir, ia menjelaskan soal bagaimana menuju hidup yang bergelimang keberkahan.
Di bagian pertama ini kita dikenalkan dengan makna keberkahan melalui arti, contoh, dan kisah-kisah. Semisal yang paling indah dan berkesan, mari kita dengarkan kisah yang tertera di halaman 106 buku ini:
Ini kisah Muslim ibn Khalid Az-Zanji. Suatu hari dilihatnya seorang anak berpenampilan menarik yang sedang bergumam-gumam, menghafal syair Arab yang sangat indah, “Coba lafalkan untukku apa yang sedang kau hafal itu, Nak!”
Bocah itu segera bersenandung serta Lisannya yang begitu fasih dalam mealafalkan syair arab dengan Tata bahasanya rapi Dan suaranya merdu.
“Apa yang kau lakukan di kota ini, Anakku?” tanya Muslim.
“Belajar bahasa, nahwu, juga sharafnya serta menghafalkan syair-syair Arab.”
“Ketahuilah, Nak,” ujar Muslim ibn Khalid, “alangkah indahnya jika kefasihan lisanmu dan merdunya suaramu itu digunakan untuk menjaga Sunnah Rasulullah, menyampaikan hukum-hukum syari’at kepada manusia, dan mengajari mereka fiqh sehingga mampu memahami agama ini.”
Kata-kata yang sederhana, namun menukik ke dasar hati. Kalimat inilah yang menyengat si bocah untuk mempelajari fiqh dan kelak menjadi bintang kejora sepanjang jaman.
Siapakah bocah itu? Dialah yang kelak akan dikenal sebagai Imam Syafi’i, seorang fuqaha yang telah mengajarkan pemahaman fiqh kepada begitu banyak orang, sampai melintasi zaman.
“Andai tak ada Muslim ibn Khalid Az-Zanji, tak akan ada Asy-Syafi’i. Kecuali mungkin seorang penyair gelandangan yang kebingungan ke sana-kemari.” Demikian kata Asy-Syafi’i mengenang gurunya.
Cerita ini mengantarkan pembacanya pada pemahaman Sebenarnya apa itu keberkahan. Tidak berhenti di sini, melalui kisah-kisah lainnya, pembaca dibuat tidak hanya mengetahui, tapi benar-benar menyelami makna keberkahan itu sendiri.
Di bagian kedua, yang dinamai “Bertumpuk-Tumpuk Bahan Karya”, Salim A Fillah membahas cara menuju keberkahan itu. Dimulai dari “Seayat Ilmu”, “Setitis Rizqi”, “Segerak Amal”, dan diakhiri dengan “Seisi Bumi”. Ini semua berisi modal awal untuk merintis langkah menuju keberkahan.
Tidak hanya berpusat di tumpukan teori dan kisah yang menggetarkan, muatan makna juga disampaikan secara aplikatif di bab ketiga yang dinamai “Bersusun-Susun Rasa Surga”. Di sini digambarkan aplikasi rasa berkah melalui perbaikan diri “Sesosok Pribadi”, keluarga “Serumah Keluarga”, hingga menyentuh masyarakat luas “Selingkung Negara”.
Bagian ketiga buku ini tentang sosok pribadi, yaitu mengenal lebih dekat sifat Rasulullah & Khulafaur Rasyidin. Kemudian tentang keluarga, pernikahan, mendidik anak dan lingkungan Negara.
Ditutup dengan epilog yang Masya Allah tidak ada hentinya mengingatkan bahwa begitu banyak rasa nikmat yang sudah Allah berikan.
Sungguh… Lapis-Lapis Keberkahan adalah suatu perjalanan spiritual yang menyegarkan iman yang tengah kerontang. Tidak ada pujian yang pantas disandingkan kecuali pada Allah, yang telah menciptakan penulis yang memiliki keberkahan di setiap karyanya ini.
Selamat datang di lapis-lapis keberkahan. Biarlah bahagia menjadi makmum bagi Islam, iman, dan ihsan kita, membuntutinya hingga ke surga.