13 Pasal Syarah Kitab Talim Mutaallim (cara menuntut ilmu)

Syarah kitab Talim Mutaallim

Kitab Talim Mutaallim – Melihat kenyataan kebanyakan pelajar pada zamannya Burhanul Islam Az-Zarnuji menyusun kitab tentang cara menuntut ilmu. buku itu beliau beri judul Kitab Talim Mutaallim Thariq at-Ta’allum.

fenomena dimaksud ialah banyaknya pelajar yang bersungguh-sungguh dalam belajar, namun tidak sampai (kepada hakikat ilmu). sehingga mereka tidak memperoleh manfaat serta buah dari ilmu tersebut berupa mengamalkan dan menyebarkanya.

Hal itu jelas Az-Zarnuji disebabkan oleh karena mereka salah jalan (akhthau thaiqahu) serta meninggalkan syarat-syaratnya. sebab siapa yang salah jalan akan tersesat serta tidak mencapai tujuan yang diharapkan.

oleh sebab itu, “aku ingin menjelaskan kepada mereka (para pelajar/thullab ‘ilm) cara mencari ilmu berdasarkan kitab-kitab yang perana aku baca dan nasehat-nasehat yg pernah aku dengar dari guru-guruku yg ahli ilmu dan hikmah”, tutur Az-Zarnuji.

DSC 0032

setelah beristikharah pada Alah beliau memberi judul kitab ini dengan “Talim Mutaallim Thariq Ta’allum” yg berisi 13 pasal, yaitu:

1. Hakikat dan Keutamaan lmu serta Fikih

Pasal ini berisi penjelasan tentang hakikat dan fikih dan keutamaan keduanya. Diawali dengan hadits Nabi tentang kewajiban mempelajari ilmu, dilanjutkan dengan keutamaan ilmu kemudian penjelasan tentang batasan ilmu yg wajib serta tidak untuk dipelajari.[1]

2. Niat dalam Mencari Ilmu

sesudah menjelaskan tentang hakikat dan keutamaan ilmu. Penulis masuk pada cara serta syarat pertama yg harus diperhatikan setiap pencari ilmu (thalib ‘ilm) atau pelajar. kondisi pertama yang wajib dipenuhi seseorang pelajar untuk meraih kesuksesan dalam belajar ialah niat. sebab niat merupakan pokok dalam segala urusan.

3. memilih ilmu, guru, sahabat, serta ketekunan

setelah meluruskan niat, seorang pelajar hendaknya menentukan ilmu, guru, dan teman bergaul dalam proses serta perjalannya mencari ilmu. karena ketiga hal ini sangat penting dalam proses belajar. memilih ilmu penting karena seseorang wajib memprioritaskan ilmu yg wajib dipelajarinya sesuai kebutuhannya. Tentu saja yang dibutuhakan dalam urusan Diennya sesuai kondisi dan keadaan dirinya.

Demikian pula memilih guru dan teman, penting karena guru merupakan pemandu dalam belajar. karena itu seseorang pelajar hendaknya menentukan yg paling berilmu, paling wara’ dan paling senior.

Sedangkan sahabat dianjurkan memilih sahabat yang paling serius serta wara dan memiliki perangai lurus dan pemahaman yg benar.

 

Baca Juga : Buku Talim Mutaallim ( Cara Menuntut ilmu )

 

4. Penghormatan terhadap ilmu serta guru

Pasal ini berisi penjelasan tentang wajibnya seseorang murid menghormati ilmu dan pengajar yg mengajarkan ilmu. di sini penulis menjelaskan beberapa hal yg mesti dilakukan menjadi bentuk penghormatan kepada ilmu serta guru.

5. Kesungguhan, ketekunan, dan obsesi (himmah) dalam mencari ilmu

Selanjutnya, seorang pelajar hendaknya bersungguh-sungguh, tekun, dan memiliki obsesi tinggi dalam mempelajari ilmu. karena hal ini merupakan syarat memperoleh ilmu. Pentingnya kesungguhan serta ketekukan dan obsesi dalam belajar dijelaskan oleh Az-Zarnuji padapasal kelima.

6. Permulaan, ukuran, dan urutan dalam mempelajari ilmu

وينبغى أن يبتدئ بشيئ يكون أقرب إلى فهمه، وكان الشيخ الإمام الأستاذ شرف الدين العقيلى رحمه الله يقول: الصواب عندى فى هذا ما فعله مشايخنا رحمهم الله، فإنهم كانوا يختارون للمبتدئ صغارات المبسوط لأنه أقرب إلى الفهم والضبط، وأبعد من الملالة، وأكثر وقوعا بين الناس

usahakan dimulai dengan pelajaran-pelajaran yg dengan mudah telah bisa dipahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin al-Uqaili berkata, “menurut saya, yg benar dalam masalah ini ialah seperti yg telah dikemukakan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan buku-buku yg ringkas/kecil. sebab dengan begitu akan lebih mudah dipahami serta dihafal, dan tidak membosankan lagi pula banyak terpraktekkan.

7. Tawakkal

kata ‘tawakal’ pastinya sudah sering kita dengar sehari-hari. Bahkan mungkin Anda kerap memberikan masukan atau nasihat kepada sesama umat Muslim agar tawakal waktu cobaan hidup menerpa.

Kita perlu mengetahui lebih dalam perihal tawakal karena tawakal merupakan bagian ajaran Islam yang penting. Tawakal ialah satu di antara sikap terpuji yg sebaiknya dimiliki umat Muslim.

kata tawakal berasal dari bahasa Arab dengan istilah dasarnya, ‘wakilun’. dalam kamus-kamus bahasa, seperti kamus Al-Munjid disebutkan, kata wakil/wakilun diartikan menjadi menyerahkan, membiarkan, serta merasa cukup.

Pengertian tawakal menurut ulama, di antaranya:

Imam Al Ghazali mendefinisikan pengertian tawakal menjadi penyandaran diri pada Allah Swt. menjadi satu-satunya al-wakiil (tempat bersandar) pada menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-Nya waktu menghadapi kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa yang tenang dan hati yang tentram.

dari Imam Ahmad bin Hambal, pengertian tawakal adalah perbuatan yg dilakukan oleh hati bukan sesuatu yg diucapkan oleh lisan. Bukan juga sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Tawakal juga bukan adalah sebuah keilmuan serta pengetahuan. Imam Ahmad bin Hambal menambahkan, tawakal bukan hanya berdia diri tanpa usaha, bukan juga kepasrahan tanpa upaya.

menurut Ibnu Qoyim Al Jauzi, pengertian tawakal artinya amalan serta ubudiyah (penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya pada-Nya dan rida atas sesuatu yang menimpa diri Anda.

berdasarkan Amin Syukur, tawakal adalah memasrahkan diri pada Allah

8. waktu mencari ilmu

كان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين رحمه الله يوقف بداية السبق على يوم الأربعاء، وكان يروى فى ذلك حديثا ويستدل به ويقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من شيئ بدئ يوم الأربعاء إلا وقد تم

guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin memulai belajar tepat di hari Rabu. dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadits sebagai dasarnya, dan ujarnya: Rasulullah ﷺ bersabda, ”Tiada lain segala sesuatu yg dimulai di hari Rabu, kecuali akan menjadi sempurna.

وهكذا كان يفعل أبى. وكان يروى هذا الحديث عن أستاذه الشيخ الإمام الأجل قوام الدين أحمد بن عبد الرشيد رحمه الله

dan seperti ini juga yg dikerjakan Abu Hanifah. mengenai hadits di atas, dia juga diriwayatkan dari guru beliau Syaikhul Imam Qawamuddin Ahmad bin Abdur Rasyid.

وسمعت ممن أثق به، أن الشيخ يوسف الهمذانى رحمه الله، كان يوقف كل عمل من الخير على يوم الأربعاء

saya mendengar dari orang kepercayaanku, bahwa Syaikh Abu Yusuf al-Hamdani juga menepatkan seluruh perbuatan bagus pada hari Rabu.

وهذا لأن يوم الأربعاء يوم خلق فيه النور، وهو يوم نحس فى حق الكفار فيكون مباركا للمؤمنين

Demikianlah, karena pada hari Rabu itu Allah menciptakan cahaya, serta hari itu pyla merupakan hari sial bagi orang kafir yang berarti bagi orang mukmin hari yg berkah.

9. Pengorbanan Harta Demi Ilmu

ومن كان له مال كثير فلا يبخل, وينبغى أن يتعوذ بالله من البخل. قال النبى عليه السلام: أي دواء أدوأ من البخل. وكان أبو الشيخ الإمام الأجل شمس الأئمة الحلوانى, رحمه الله فقيرا يبيع الحلواء, وكان يعطى الفقهاء من الحلواء ويقول: أدعوا لابنى, فببركة جوده واعتقاده وشفقته وتضرعه إلى الله تعالى نال ابنه ما نال

Orang kaya jangan kikir, serta hendaklah mohon perlindungan kepada Allah agar tidak kikir. Nabi ﷺ bersabda, “Manakah penyakit yang lebih keras daripada kikir?” Bapaknya Syaikhul Imam Agung Syamsul Aimmah al-Halwaniy merupakan seseorang fakir penjual kue halwak. Bapak ini menghadiahkan beberapa biji tadi pada fuqaha, dan katanya, “Kumohon tuan mendo’akan putraku.” Demikianlah, sehingga atas berkah dermawan, i’tikad baik, sukarela serta merontanya itu, sang putra mendapat kesuksesan cita-citanya.

ويشترى بالمال الكتب ويستكتب فيكون عونا على التعلم والتفقه

dengan harta yg dimiliki, hendaklah suka membeli kitab serta mengaji menulis Jika diperlukan. Demikian itu akan lebih memudahkan belajar serta bertafaqquh.

وقد كان لمحمد بن الحسن مال كثير حتى كان له ثلاثمائة من الوكلاء على ماله وأنفقه كله فى العلم والفقه, ولم يبق له ثوب نفيس فرآه أبو يوسف فى ثوب خلق فأرسل إليه ثيابا نفيسة فلم يقبلها فقال: عجل لكم, وأجل لنا, ولعله إنما لم يقبله وإن كان قبول الهدية سنة, لما رأى فى ذلك مذلة لنفسه. قال رسول الله عليه الصلاة والسلام: ليس للمؤمن أن يذل نفسه

Muhammad Ibnul Hasan artinya seorang yg hartawan besar yang mempunyai 300 orang pegawai yang mengurusi kekayaannya, toh suka membelanjakan sekalian kekayaannya demi ilmu, sehingga pakaiannya sendiripun tiada yg indah.

dalam pada itu, Abu Yusuf menghaturkan sepotong pakaian yang masih indah untuknya, tetapi tidak berkenan menerimanya serta malah ujarnya : “Untukmulah harta dunia, serta untukku harta akherat saja.“ yang demikian itu sekalipun menerima hadiah sendiri hukumnya sunnah, barangkali memandangnya dapat mencemarkan dirinya.

dalam hal ini Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang yang mencemarkan dirinya sendiri, tidaklah termasuk ke dalam golongan kaum muslimin.

وحكي أن الشيخ فخر الإسلام الأرسابندى رحمه الله جمع قشور البطيخ الملقاة فى مكان خال فأكلها فرأته جارية فاخبرت بذلك مولاها فاتخذ له دعوة فدعاه إليها فلم يقبل لهذا

Suatu hikayat, bahwa Fakhrul Islam al-Arsyabandiy makan kulit-kulit semangka yang dibuang orang, dimana beliau kumpulkan sendiri dari tempat-tempat yang sepi. di suatu ketika ada seorang jariyah yang mengetahuinya, lalu melaporkan hal itu pada tuannya. Maka sesudah disediakan jamuan makan, Fakhrul Islam pun dimohon kehadirannya. tetapi demi menjaga dirinya agar tidak tercemar, beliau tidak berkenan menghadiri jamuan tersebut.

10. mengambil faidah dan mempelajari adab

وهكذا ينبغى لطالب العلم أن يشتغل بالشكر باللسان والجنان والأركان والحال ويرى الفهم والعلم والتوفيق من الله تعالى ويطلب الهداية من الله تعالى بالدعاء له والتضرع إليه، فإن الله تعالى هاد من استهداه

Demikianlah, pelajar wajib menyatakan syukurnya dengan lisan, hati, badan serta juga hartanya. Mengetahui/menyadari bahwa kepahaman, ilmu serta taufik itu semuanya tiba dari hadhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memohon hidayahnya dengan berdo’a serta meronta, karena hanya Dialah yg memberikan hidayah pada siapa saja yang memohon.

فأهل الحق ـ وهم أهل السنة والجماعة ـ طلبوا الحق من الله تعالى، الحق المبين الهادى العاصم، فهداهم الله وعصمهم عن الضلالة. وأهل الضلالة أعجبوا برأيهم وعقلهم وطلبوا الحق من المخلوق العاجز وهو العقل، لأن العقل لا يدرك جميع الأشياء كالبصر، فإنه لا يبصر جميع الأشياء فحجبوا وعجزوا عن معرفته، وضلوا وأضلوا. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الغافل من عمل بغفلته والعاقل من عمل بعقله. فالعمل بالعقل أولا: أن يعرف عجزنفسه, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من عرف نفسه فقد عرف ربه, فإذا عرف عجز نفسه عرف قدرة الله عزوجل, ولا يعتمد على نفسه وعقله بل يتوكل على الله, ويطلب الحق منه. ومن يتوكل على الله فهو حسبه ويهد يه إلى صراط مستقيم

Ahlul Haq yaitu pakar Sunnah wal-Jama’ah selalu mencari kebenaran dari Allah yang Maha sahih, petunjuk, penerang yang memelihara, Maka Allahpun menganugerahi mereka hidayah serta membimbing dari jalan yg sesat. Lain halnya dengan ahli sesat, dimana dia membanggakan pendapat serta akal sendiri, mereka mencari kebenaran berdasar akal semata, yaitu suatu makhluk yg lemah. Merekapun lemah dan terhalangi dari kebenaran, serta sesat yang menyesatkan, kerena akal itu tidak ubahnya seperti pandangan mata yang tak mampu mencari segala yg ada secara menyeluruh.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa mengetahui dirinya sendiri, maka dia mengetahui Tuhannya.“ artinya, siapa tahu kelemahan dirinya, maka akan tahulah kebesaran kekuasaan Allah. sebab orang itu jangan berpegang dengan diri dan akal sendiri, tapi haruslah bertawakal pada Allah, serta pada-Nya pula ia mencari kebenaran. Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka akan dicukupinya serta dibimbing ke jalan yg lurus.

11. Mudzakarah, Munadharah serta Mutharahah

ولا بد لطالب العلم من المذاكرة، والمناظرة، والمطارحة، فينبغى أن يكون كل منها بالإنصاف والتأنى والتأمل، ويتحرز عن الشغب [والغضب]، فإن المناظرة والمذاكرة مشاورة، والمشاورة إنما تكون لاستخراج الصواب وذلك إنما يحصل بالتأمل والتأنى والإنصاف، ولا يحصل بالغضب والشغب

seorang pelajar seharusnya melakukan mudzakarah (lembaga saling mengingatkan), munadharah (lembaga saling mengadu pandangan) serta mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, santai serta penghayatan dan menyingkiri hal-hal yg berakibat negatif.

Munadharah dan mudzakarah adalah cara pada melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem serta penuh keinsyafan. dan tidak akan berhasil, Jika dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yg tidak baik.

فإن كانت نيته من المباحثة إلزام الخصم وقهره، فلا تحل، وإنما يحل ذلك لإظهار الحق. والتمويه والحيلة لا يجوز فيها، إلا إذا كان الخصم متعنتا، لا طالبا للحق. وكان محمد بن يحيى إذا توجه عليه الإشكال ولم يحضره الجواب يقول: ما ألزمته لازم، وأنا فيه ناظر، وفوق كل ذى علم عليم

apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan buat sekedar mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. yang diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit serta membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak sekedar mencari kemenangan dan masih pada mencari kebenaran.

Jika pada Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan yang beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, maka beliau katakan : “Pertanyaan anda saya catat dahulu buat kucari pemecahannya. di atas orang berilmu, masih terdapat yang lebih banyak ilmunya.

وفائدة المطارحة والمناظرة أقوى من فائدة مجرد التكرار لأن فيه تكرارا وزيادة. وقيل: مطارحة ساعة، خير من تكرار شهر. لكن إذا كان [مع] منصف سليم الطبيعة. وإياك والمذاكرة مع متعنت غير مستقيم الطبع، فإن الطبيعة متسرية، والأخلاق متعدية، والمجاورة مؤثرة

Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, karena disamping berarti mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru.

ada dikatakan : “Sesaat mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan.“ telah tentu wajib dilakukan dengan orang yg insaf serta bertabiat jujur. Awas jangan mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang pada pembicaraan semata, lagi juga bertabiat tak amanah. karena tabiat itu suka merampas, akhlaq mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar.

وفى الشعر الذى ذكره الخليل بن أحمد فوائد كثيرة، قيل
العلم من شرطه لمن خـــــدمه أن يجعل الناس كلهم خـــدمه

Syi’ir yang dibawakan oleh Khalil bin Ahmad di atas, telah banyak membawa petunjuk. terdapat dikatakan : Persyaratan ilmu bagi pengabdinya, menjadikan seluruh manusia, agar mengabdi kepadanya

12. Hal-hal yg menguatkan dan melemahkan hafalan

Menghafal ialah aktivitas penting dalam belajar. sebab itu seroang pelajar wajib memperhatiakan kemampuannya dalam menghafal. dari Az-Zarnuji, diantara sebab yg menguatakan hafalan adalah kesungguhan, ketekunan, sedikit makan, serta shalat malam.

Selain itu masih banyak faktor lain yg mempengaruhi kekuatan hafalan. pada pasal ini Al-‘Allamah Az-Zarnuji juga menyampaikan hal-hal yg bisa melemahkan hafalan.

13. Hal-hal yg mendatangkan dan menolak rezeki, serta hal-hal yang memmperpanjang dan mengurangi umur.

Penulis mengakhiri penjelasan tentang adab serta cara belajar dengan pembahasan tentang hal-hal yg mendukung serta menghalangi pelajar pada belajar. di sini beliau menekankan tentang pentingnya seorang pelajar mengetahui halal haram dalam urusan makanan, dan hal-hal yg memperpanjang umur dan menjaga kesehaatan.

Hal itu kata Az-Zarnuji, “agar seseorang pelajar bisa berkosentarsi dalam belajar/li yatafarragha fil thalab al-‘Ilmi”.

Bila ditilik pasal demi pasal dari kitab Talim Mutaallim ini, dapat disimpulkan, buku ini memang layak dijadikan menjadi panduan pada mempelajari ilmu. sebab kitab ini berisi petunjuk jalan dan cara belajar.

Diawali dengan pasal tentang kedudukan ilmu dan kewajiban menyelidiki ilmu, kemudian penjelasan tentang pentingnya niat serta adab dalam belajar. lalu diakhiri dengan penjelasan tentang hal-hal yg menguatkan serta melemahkan hafalan serta hal-hal yg mendatangkan dan menolak rezki dan hal-hal yang memperpanjang umur dan menguranginy.

dari Syekh Ibrahim Ismail, penulis Talim Mutaallim mendahulukan penjelasan global tentang hakikat ilmu serta di rinciannya mendahulukan penjelasan tentang keutaannya untuk mengingatkan, maksud penulisan kitab Talim Mutaallim ini adalah, pertama, menjelasakan keutamaan ilmu serta fikih agar para pelajar tergerak buat mempelajarinya, dan ke 2, menjelaskan hakikat keduanya (ilmu serta fikih). Hal in agar tidak terjadi seolah-olah seseorang mempelajari sesuatu yg majhul (tidak diketahui hakikatnya). sehingga beliau mendahulukan sesuatu yg menjadi maksud/tujuan utama secara zatnya.(Syarh Talim Mutaallim, hlm. 15)

telah membeli
45 minutes ago