Bab Ibtida dan Waqaf [Penjelasan Lengkap]
Membaca Alquran dengan Ibtida Dan Waqaf – Bab yang membahas tentang pengertian, pembagian, tanda-tanda, dan cara membaca Ibtida Dan Waqaf lengkap dengan contohnya dalam al Quran.
A. Pengertian Ibtida dan Waqaf
1. Ibtida
Ibtida’ ( الإِبْتِدَاءُ ) mempunyai akar kata dari بَدَأَ yang artinya memulai.
Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’ adalah memulai membaca al Qur’an, baik memulai dari awal maupun meneruskan bacaan yang semula dihentikan.
Pada pengertian diatas, tampak bahwa Ibtida’ mempunyai dua versi.
Pertama, memulai membaca al-Qur’an untuk pertama kalinya. Misalnya seusai sholat, seseorang membaca surat al-Baqarah, ketika membaca lafad: اٰلٰمٓ itulah yang dinamakan ibtida’, yakni memulai pertama kali membaca al-qur’an.
Kedua, memulai membaca al Qur’an setelah berhenti yang semula sudah membaca al Qur’an. Misalnya seseorang membaca surah Al-Fatihah ayat pertama dan kedua : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُلِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ lalu berhenti kemudian diteruskan dengan ayat ketiga, maka pada saat memulai membaca ayat ketiga itulah yang disebut ibtida’.
2. Waqaf
Waqaf (الوَقْفُ ) mempunyai akar kata dari الكَفُّ yang artinya berhenti.
Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’, sebagaimana yang diungkapkan oleh ahmad Muthahar Abdur Rahman Al-Muroqi adalah :
اَلْوَقْفُ هُوَقَطْعُ الصَّوْتِ عِنْدَ اٰخِرِ اْلكَلِمَةِ مِقْدَارَ زَمَنِ التَّنَفُّسِ اَمَّااَقْصَرُمِنْهُ فَالسَّكْتُ
“memutus suara di akhir kalimat (ketika membaca Al Qur’an) selama masa bernafas, tetapi jika lebih pendek dari masa bernafas itu, maka disebut saktah”
Pada pengertian di atas, maka waqaf mempunyai 3 bagian yaitu :
1. Waqaf untuk berhenti selamanya. Misalnya orang membaca surah Al-Baqarah, setelah tamat ia meneruskan sholat, pada akhir bacaan surah al-Baqarah itulah yang disebut waqaf.
2. Waqaf yang bertujuan untuk mengambil nafas, karena nafas tidak kuat si pembaca menghentikan bacaannya pada kalimat tertentu dan setelah mengambil nafas, ia meneruskan lagi bacaanya.
3. Waqaf yang bertujuan untuk berhenti sebentar saja, sehingga tidak sempat bernafas walaupun hanya sejenak. Waqaf yang terakhir inilah yang disebut “saktah”, (lihat bacaan saktah).
B. Pembagian Waqaf
Menurut ulama Qurra’ cara menghentikan bacaan al-Qur’an dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:
1. Waqaf Ikhtibari ( الوَقْفُ الإِخْتِبَارِى )
2. Waqaf Intidhari ( الوَقْفُ الإِنْتِظَارِى )
3. Waqaf Idhthirari ( الوَقْفُ الإِضْطِرَارِى )
4. Waqaf Ikhtiyari ( الوَقْفُ الإِخْتِيَارى )
Keempat waqaf ini dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
1. Waqaf Ikhtibari (berhenti diuji)
Waqaf yang dilakukan untuk mencoba bagaimana sebenarnya berhenti saat membutuhkan berhenti. Atau seorang guru ingin memberitahukan muridnya cara berhenti yang benar pada lafad tertentu, yang sebenarnya lebih baik diteruskan, namun karena kondisi tertentu waqaf itu diperlukan.
Akibat dari Waqaf Ikhtibari ialah harus menampakkan huruf tertentu yang sebenarnya tidak tampak.
Contoh : pada pengucapan lafad : عَمَّا disuruh berhenti, maka lafad itu harus diuraikan dengan عَنْ dan مَا atau ketika membaca surah al-Maidah :27 yaitu :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَىْ اٰدَمَ بِاْلحَقِّ
Bila setelah lafad اِبْنَىْ waqaf, maka waqaf itu disebut waqaf ikhtibari dengan menguraikan lafad tersebut sebagaimana mestinya, yaitu : إِبْنَيْنِ dengan menampakkan huruf nun yang semula dibuang karena di sandarkan (diidhafahkan) dengan lafad didepannya.
2. Waqaf Intidhari (berhenti menunggu)
Waqaf yang dilakukan karena terdapat perbedaan riwayat ulama Qurra’ boleh tidaknya berhenti masih diperselisihkan. Karena itu, pembaca mengambil jalan tengah dengan menghentikan bacaanya pada lafad yang diperselisihkan berhenti, selanjutnya diulangi pembacaan ayat pada permulaannya. Dengan demikian, kedua pendapat yang diperselisihkan tersebut dilaksanakan. Contoh:
فَقَدِاسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ اْلوُثْقٰىق لَاانْفِصَامَ لَهَا
Setelah lafad اْلوُثْقٰى boleh berhenti intidhari, namun berhentinya itu diulangi lagi mulai lafad : فَقَد sampai pada لَهَا
3. Waqaf Idhtirari (berhenti terpaksa)
Waqaf yang dilakukan karena terpaksa. Seorang pembaca ketika membaca al-qur’an nafasnya habis, batuk, lupa dan sebagainya. Maka dalam kondisi ini, ia terpaksa menghentikan bacaannya, walaupun tempat pemberhentiannya tidak selayaknya berhenti.
Contoh:
فَوَيْلُ لِّلْمُصَلِّيْنَ اَّلذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَ
Setelah lafad لِلْمُصَلِّيْنَ berhenti, padahal berhenti pada lafad itu tidak layak, karena tidak pada tempatnya. Maka jalan sattu-satunya adalah mengulangi bacaannya kembali mulai dari فَوَيْلٌ sampai pada سَاهُوْنَ
4. Waqaf Ikhtiyari (berhenti yang dipilih)
Waqaf yang dilakukan oleh pembaca atas pilihannya sendiri, tidak karena sebab-sebab sebagaimana dalam waqaf lainnya. Tentunya pada waqaf ini seorang pembaca sudah mengerti kedudukan waqaf, apakah boleh berhenti atau tidak. Maka jika diperbolehkan berhenti, atau lebih baik berhenti, maka pembaca hendaknya menghentikan bacaannya, tetapi jika tidak boleh berhenti maka pembaca mewashalkannya. Contoh :
وَلَاتُلْقُوْابِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةٍ ؞ وَاَحْسِنُوْا؞
(Tanda pada lafad diatas adalah sepasang titik tiga (؞__؞ ) atau disebut juga dengan Mu’anaqah ( المُعَانَقَةُ )
Setelah lafad وَاَحْسِنُوْا pembaca menghentikan bacaannya tetapi dalam waktu lain pembaca menghentikan pada lafad : التَّهْلُكَةٍ kedua-duanya diperbolehkan dan pembaca sudah mengerti ketentuan waqaf tersebut, sehingga ia berhenti karena pilihannya sendiri bukan karena sebab-sebab tertentu.
Pada waqaf ikhtiyari ini terbagi atas beberapa bagian. Pada umumnya ulama Qurra membaginya dengan 4 bagian, tetapi lebih lengkapnya penulis mengambil pendapat Syekh Sulaiman Jamzuri dalam kitab Fat-hul Aqfal fi Syarkhi Tuhfatul Athfal yang membaginya tas 8 bagian yaitu:
1. Waqaf Taam ( الوَقْفُ التَّامِ )
2. Waqaf Hasan ( الوَقْفُ الحَسَنُ )
3. Waqaf Kaafi ( الوَقْفُ الكَافِى )
4. Waqaf Shalih ( الوَقْفُ الصَالِحُ )
5. Waqaf Mafhum ( الوَقْفُ المَفْهُوْمِ )
6. Waqaf Jaiz ( الوَقْفُ الجَائِزُ )
7. Waqaf Bayan ( الوَقْفُ البَيَانُ )
8. Waqaf Qabih( الوقف القَابِحُ )
Menurut Abdullah Umar Al-Baidhawi dalam bukunya Rishalatul Qurra’Wal HuffazdFi Gharaibul Qira’ah Wal Alfadz menyatakan bahwa ada 17 tempat yang haram waqaf, sebab jika waqaf, maka menyalahi makna pokok al-Qur’an. Karena itu, jika pembaca terpaksa berhenti karena nafasnya terputus, batuk, bersin atau sebagainya, maka harus diulang mulai awal. Sehingga tidak terjerumus waqaf haram (qobih), adapun tempat yang diharamkan waqaf adalah sebagi berikut:
1. QS. Al-Baqarah: 17 (فَلَمَّا اَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ)
2. QS. Al-Baqarah: 243 (فَقَالَ لَهُمُ اللهُ مُوْتُوْا)
3. QS. Ali Imran: 181 (اِنَّ اللهَ فَقِيْرٌ)
4. QS. Al-Maidah: 31 (فَبَعَثَ اللهُ غُرَابًا)
5. QS. Al-Maidah: 64 (وَقَالَتِ اْليَهُوْدُ يَدُ اللهِ)
6. QS. Al-Maidah:73 (اِنَّ اللهَ ثَالِثٌ)
7. QS. Al-Maidah: 84 (وَمَا لَنَا)
8. QS. At-Taubah: 30 (وَقَالَتِ اْليَهُوْدُ)
9. QS. At-Taubah: 30 (وَقَالَتِ النَّصَارٰى)
10. QS. Yusuf: 8 (لَفِى ضَلَالٍ مُبِيْنٍ)
11. QS. Ibrahim: 22 (وَمَا اَنْتُمْ بِمُصْرِخِىِّ)
12. QS. Bani Israil: 111 (لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ)
13. QS. Al- Ahzab: 35 (وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِيْنَ)
14. QS. As-Shaffat: 153 (اَصْطَفَى اْلبَنَاتْ)
15. QS. Al-Ghasiyyah: 24 (اِلَّامَنْ تَوَلَّى وَكَفَرْ)
16. QS. Al-Ashr: 2 (اِنَّ اْلاِنْسَانَ لَفِى خُسْرٍ اِلَّا)
17. QS. Al-Maun: 4 (فَوَيْلُ لِلْمُصَلِّيْنَ)
Selanjutnya sebagian ulama Qurra’ lain menambahkan tempat-tempat yang haram waqaf yaitu:
1. Qs. Al-Baqarah: 255 الَّذِى كَفَرَ وَاللهُ
2. QS. Ali-Imran: 62 (وَمَا مِنْ اِلٰهِ)
3. QS. An-Nisa: 43 (لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ)
4. QS. An-Nahl: 38 (لَايَبْعَث اللهُ)
5. QS. An-Nahl: 60 (مَثَلُ السُّوْءِوَلِلّهِ)
6. QS. Dimana saja (اِنَّ اللهَ لَايَهْدِي)
7. QS. Dimana saja (وَمَااَرْسَلْنَـاكَ)
C. Tanda-tanda waqaf dan maksudnya
Setelah kita mengetahui bagian-bagian waqaf, baik itu waqaf yang baik ataupun yang buruk, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah tanda-tanda waqaf yang berlaku dalam Mushaf Usmani serta yang digunakan di negara Indonesia. Karena dengan memperhatikan tanda waqaf itu berarti dapat mengetahui kedudukan dan derajat kebolehan melakukannya, sekaligus menghindarkan diri dari waqaf yang haram.
Tanda waqaf yang berlaku dibagi dua macam, yaitu tanda yang mengisyaratkan lebih baik terus (washal) dan tanda yang mengisyaratkan berhenti (waqaf). Untuk lebih jelasnya dapat diikuti uraian berikut ini:
1. Tanda yang lebih baik berhenti
a. Tanda mim (م) artinya waqaf lazim (اَللَّازِمْ)
Yaitu tanda yang mengisyaratkan lebih baik berhenti, bahkan sebagaian ulama’ mewajibkanya, mengingat waqaf pada tanda itu sudah pantas dijadikan tempat pemberhentian, sedang lafad didepannya layak dijadikan sebagai permulaan bacaan. Contoh:
وَاِنَّ مِنْ شِيْعَتِهِ لَاِبْرَاهِيْمَ ۢاِذَاجَٓاءَرَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ (الصفات :83-84)
اَنَّهُمْ اَصْحَابُ النَّارِۢالَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ اْلعَرْشَ (المؤمنون :6-7)
b. Tanda Tha ( ط ) artinya waqaf Muthlaq (المُطْلَقْ)
Yaitu tanda yang mengisyaratkan kebolehan waqaf juga washal, hanya saja waqaf lebih utama terlebih lagi jika pembaca napasnya pendek. Contoh:
وَلَايُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَاؕكَذٰالِكَ نَجْزِى كُلَّ كَفُوْرٍ (فاطر :36)
وَلَاتَبْغِ اْلفَسَادَ فِى اْلاَرْضِؕ اِنَّ اللهَ لَايُحِبُّ اْلمُفْسِدِيْنَ (القصص:77)
c. Tanda Jim (ج) artinya waqaf Jaiz (الجَائِزِ)
Yaitu tanda yang mengisyaratkan kebolehan waqaf maupun washal hanya saja lebih baik waqaf daripada washal, mengingat kedudukan waqaf jaiz di bawah waqaf lazim dan waqaf muthlak. Contoh:
فَهَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّاالسَّاعَةَ اَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً ۚفَقَدْجَاءَاَشْرَاطُهَا ۚ
ذٰلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ ۚ فَمَنْ شَآءَاتَّخَذَاِلٰی رَبِّهِ مَأٰ بًا
d. Tanda Qaf dan Fa’ (قف ) artinya waqaf sighat fiil amar (ْصِغَةْ فِعِلْ اَمَر) yaitu kebolehan mewaqafkan lafad, hanya saja tidak ada salahnya mewashalkannya walaupun mewaqafkan itu lebih baik. Tanda tersebut ada yang menyebutkan dengan tanda Waqaf Mustahab (المُسْتَحَبُّ). Contoh:
وَلَوْشَآءَ اللهُ مَااقْتَتَلُوْاقف وَلٰكِنَّ اللهَ يَفْعَلُ مَايُرِيْدُ. (البقرة: ٢٥٣
الٓمٓقف تِلْكَ اٰيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيْمِ (لقمان: ٢-١
e. Tanda Qaf, Lam dan alif (قلى) artinya waqaf aula (الوَقْفُ اَوْلٰى) , yaitu kebolehan washal, hanya saja berhenti lebih baik daripada washal. Contoh:
عَلٰى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ۗ تَنْزِيْلُ الْعَزِيْزِ الْرَّحِيْمِ (يس: ٤– ٥
وَوَصّٰى بِهَا اِبْرَاهِيْمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُ ۗيٰبَنِيَّ اِنَّ اللهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ (البقرة :۱۳۲
2. Tanda yang lebih baik diteruskan
a. Tanda Za’ ( ز ) artinya Waqaf Mujawwaz ( المُجَوَّزُ )
Yaitu tanda waqaf yang boleh diteruskan dan boleh dihentikan, hanya saja diteruskan kebih baik daripada dihentikan, karena tanda mujawwaz kebalikan dari tanda jaiz. Contoh:
اَمْ لِلْاِنْسَانِ مَاتَمَنَّى ز فَلِلّهِ اْلاٰخِرَةِ وَاْلاُوْلٰى (النجم :۲٤-۲٥
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَا اَنْتَ بِمَلُوْمٍ ز وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ اْلمُؤْمِنِيْنَ
b. Tanda Shad ( ص ) artinya waqaf Murakhash ( الْمُرَخَّصُ )
Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya kemurahan berhenti, walaupun diwashalkan itu lebih baik. Kemurahan itu dikarenakan ayat yang dibaca terlalu panjang atau dalam keadaan terpaksa. Contoh:
وَابْتَغُوْا مَاكَتَبَ اللهُ لَكُمْ ص وَكُلُوْاوَاشْرَبُوْا (البقرة: ۱۸۷
وَأْتُوااْلبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَا ص وَاتَّقُواللهَ لَعلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (البقرة: ۱۸۹
c. Tanda Qaf ( ق ) artinya Waqaf Qila Waqaf ( قِيْلَ اْلوَقْفُ )
Yaitu tanda waqaf yang mengisyaratkan artinya perselisihan pendapat, apakah pada lafad itu boleh berhenti atau tidak. Dalam hal ini lebih baik dipilih pendapat yang mewashalkan, karena pendapat ini lebih baik. Sebagian ulama menyebutkan dengan tanda ‘Inda Qouli (عِنْدَ اْلقَوْلِ). Contoh:
اَنْ لَٓااِلٰهَ اِلَّااَنْتَ سُبْحَانَكَ ق اِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ (الانبياء: ۸۷
وَاَّلذِيْنَ اَشْرَكُوْا ق اِنَّ اللهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ (الحج: ۱۷
d. Tanda Shad, Lam dan Alif ( صلى ) artinya Washal Aula ( الوَصْلُ الاَوْلٰى )
Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya washal itu lebih baik daripada waqaf. Contoh:
.وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ حَقٍ ۖ وَيَقْتُلُوْنَ اَّلذِيْنَ يَأْمُرُوْنَ بِاْلقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُوْسَى الغَضَبُ اَخَذَ اْلاَلْوَاحَ ۖ وَفِى نُسْخَتِهَا هُدًى… (الاعراف: ۱٥٤
e. Tanda Lam Alif ( لا ) artinya La Waqta Fihi (لَاوَقْفَ فِيْهِ )
Yaitu tanda yang mengisyaratkan tidak adanya waqaf pada lafad yang diberi tanda itu, sehingga lebih baik diteruskan bacaannya daripada berhenti. Contoh:
فَاِمَّاتَرَيِنَّ مِنَ اْلبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوْلِىْ اِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا (مريم: ۲٦
اُشْدُدْ بِهِ اَزْرِىْ ۙ وَاَشْرِكْهُ فِى اَمْرِىْ ۙ كَىْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ( طه: ٣١ – ٣٣
f. Tanda Kaf (ڪ ) artinya Kadzalika Muthobiqon Lima Qoblaha ( كَذٰلِكَ مُطَابِقًالِمَاقَبْلَهَا ) yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya kesamaan antara tanda itu dengan tanda sebelumnya. Sehingga lafad yang pendahulu lebih baik waqaf, maka tanda ini mengisyaratkan waqaf, sebaliknya jika pendahulunya lebih baik washal, maka tanda ini mengisyaratkan washal. Contoh:
وَاِنْ تَفْعَلُوْا فَاِنَّهُ فُسُوْقٌ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوْااللهَ ڪ وَيُعَلِّمُكُمُ اللهُ ڪ وَاللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ (البقرة: ۲٨٢
وَاْلعٰدِيٰتِ ضَبْحًا ۙ فَاْلمُوْرِيٰتِ قَدْحًا ڪ فَاْلمُغِيْرَاتِ صُبْحًا ڪ (العٰدِيٰتِ: ١ – ٣
g. Tanda sepasang titik tiga (؞___؞ ) artinya tanda Mu’anaqah ( المُعَانَقَةُ ) yaitu tanda yang mengisyaratkan agar pembaca menghentikan bacaannya pada salah satu dari dua pasang titik itu. Contoh:
وَلَاتُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ؞ وَاَحْسِنُوْا؞
Boleh berhenti setelah: التَّهْلُكَةِ boleh juga setelah: وَاَحْسِنُوْا tetapi tidak boleh pada kedua-duanya.
ذٰلِكَ اْلكِتَاَبُ لَارَيْبَ؞ فِيْهِ؞ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ
Boleh berhenti setelah: رَيْبَ boleh juga setelah: فِيْهِ tetapi tidak boleh pada kedua-duanya.
Disamping tanda waqaf, ada juga tanda-tanda khusus dalam al-Qur’an yang perlu diperhatikan. Tanda yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Huruf ‘Ain ( ع ) yang terletak dipinggir garis, tanda ini disebut makra’ ( مَكْرُوْعٌ ) atau Ruku’ ( رُكُوْعٌ ). Tanda ini menganjurkan agar pembaca menghentikan bacaannya jika menghendaki tidak membaca al-Qur’an lagi, sebab adanya tanda Makra’ menunjukkan satu topik tertentu yang dibahas dalam al-Qur’an dan lebih baik lagi jika dilakukan oleh penghafal al-Qur’an. Contoh:
رَبِّكَ فَحَدِّثْ ع (الضحى: ١١
وَمَا اَدْرٰىكَ مَاهِيَةُ. نَارٌحَامِيَةٌ ع (القارعة: ١٠ – ١١)
2. Tanda ( السَّجْدَةُ ) pada pinggir ayat menunjukkan adanya bacaan yang menganjurkan untuk melakukan sujud tilawah setelah ayat sajdah diucapkan. Untuk mengetahui dimana saja tempat dianjurkannya melakukan sujud tilawah, bacaan sujud tilawal, dan cara melakukannya, berikut ini penjelasannya:
Ayat-Ayat Sajdah
Ayat sajdah adalah ayat yang didalamnya terdapat perintah sujud dari Allah Swt. maka apabila kita membaca atau mendengar ayat sajdah, baik didalam shalat atau di luar shalat maka di sunahkan untuk bersujud terlebih dahulu.
Ayat sajdah ada 15
1. Surah Al A’raf ayat 206 : ۩ وَلَهٗ يَسْجُدُوْنَ
2. Surah Ar Ra’d ayat 15 : ۩ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ
3. Surah An Nahl ayat 50 : ۩ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ
4. Surah Al Isra ayat 109 : ۩ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
5. Surah Maryam ayat 58 : ۩ خَرُّوْاسُجّدًاوَبُكِيـًّا
6. Surah Al Hajj ayat 18 : ۩ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَآٔءُ
7. Surah Al Hajj ayat 77 : ۩ وَافْعَلُواالْخَيْرَلَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
8. Surah Al Furqan ayat 60 : ۩ وَزَادَهُمْ نُفُوْرًا
9. Surah An Naml ayat 26 : ۩ لَآاِلٰهَ اِلَّاهُوَۙرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
10. Surah As Sajdah ayat 15: ۩ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَايَسْتَكْبِرُوْنَ
11. Surah Shad ayat 24 : ۩ وَخَرَّرَاكِعًاوَّاَنَابَ
12. Surah Fussilat ayat 38 : ۩ وَهُمْ لَايَسْىَٔمُوْنَ
13. Surah An Najm ayat 62 : ۩ فَاسْجُدُوْالِلّٰهِ وَاعْبُدُوْا
14. Surah Al Insyiqaq ayat 21 : ۩ وَاِذَاقُرِىَٔ عَلَيْهِمُ الْقُرْاٰنُ لَايَسْجُدُوْنَ
15. Surah Al ‘Alaq ayat 19 : ۩ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
Bacaan sujud tilawah adalah sebagai berikut:
سَجَدَوَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهٗ وَصَوَّرَهٗ وَشَقَّ سَمْعَهٗ وَبَصَرَهٗ بِحَوْلِهٖ وَقُوَّتِهٖ فَتَبـَـارَكَ اللّٰهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ
Sajada wajhiya lilladzii khalaqahuu washawwarahuu wasyaqqaa sam’ahuu wabasharahuu bihaulihii waquwwatihii fatabaarakallahu ahsanul khaliqiin
“Wajahku telah bersujud kepada yang telah menciptakannya, memisahkan (memfungsikan) pendengaran dan penglihatannya dengan kemampuan dan kekuatan-Nya. Mahasuci Allah sebaik-baik Pencipta.”
Cara melakukannya ada 2 macam
1. Ketika didalam shalat: apabila sampai pada ayat sajdah, lalu turun dari berdiri untuk bersujud tilawah. Kemudian berdiri kembali untuk melanjutkan bacaan surah atau menyempurnakan shalat.
2. Ketika diluar shalat: apabila sampai pada ayat sajdah, lalu niat bersujud tilawah dan bertakbir (seperti takbiratul ihram) dengan mengangkat kedua tangan, dilanjutkan bersujud dengan membaca takbir. Jika telah selesai membaca bacaannya, kemudian bangkit dari sujud untuk duduk disertai takbir lalu salam.
D. Ibtida’
ibtida’ yaitu memulai bacaan atau melanjutkan bacaan kembali setelah waqaf dengan mengulang kalimat sebelum waqaf tersebut dengan tepat dan benar.
Alhamdulillah, selesai sudah pembahasan tentang Ibtida dan Waqaf ini. Mudah-mudahan Allah memberikan kita kemudahan dalam mempelajari dan mengamalkan apa yang sudah dibahas di atas, mulai dari mengawali bacaan Al Qur’an, menyambung antar ayat atau kalimat, pembagian waqaf, rumus dan cara pemilihan waktu berhenti, ayat sajdah dan cara melakukan sujud tilawah, dan lain-lain.