Ilmu Tasawuf dalam Islam yg berfokus buat Menjauhi Hal-hal Duniawi
Tasawuf ialah ilmu dalam agama Islam yg berfokus menjauhi hal-hal duniawi. kata tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa – yatashowwafu – tashowwuf” mengandung makna (menjadi) berbulu yang banyak, yakni menjadi seseorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu domba/wol.
Meski di praktik nyabertanya tidak seluruh sufi mengenakan pakaian berbahan wol. dari berbagai pendapat, nama sufi mempunyai makna dan arti kesucian (shafa) hati serta kebersihan tindakan. sehingga mampu disimpulkan sufi dianggap orang yg mempunyai hati suci dan bersih dalam tindakan.
dengan demikian tasawuf atau sufisme adalah suatu kata yg lazim digunakan buat mistisisme dalam Islam dengan tujuan utama memperoleh hubungan langsung dengan tuhan dari buku Pengantar Ilmu Tasawuf karya Dr. H. Badrudin, M.Ag. Berikut pengertian tasawuf selengkapnya yg menarik diketahui:
Pengertian ilmu Tasawuf
1. Dari AS-Siraj ath-Thusi (w. 378 H) kata sufi serta tasawuf sudah dikenal sejak zaman jahiliah dan zaman awal datangnya Islam. Sirajuddin at-Thusi dalam karyanya yg berjudul al-Luma’ mengatakan, “Menurutku pendapat yg unggul ialah kata sufi sudah dikenal semenjak abad pertama Islam”.
beliau mengambil dalil dari ucapan al-Hasan al-Bashri (w. 110 H) yang berguru kepada para sahabat Nabi, “aku melihat seorang sufi sedang tawaf. saya berikan dia hadiah, anehnya dia menolak seraya berkata ‘aku masih mempunyai uang empat daniq (daniq diambilkan dari bahasa Persia yg bermakna seperenam dirham perak)’.” berdasarkan AS-Siraj ath-Thusi, awal mulanya istilah sufi disematkan pada orang-orang yg mempunyai kemuliaan dan suka berbuat baik kepada sesama.
Pendapat AS-Siraj ath-Thusi pula didukung oleh Sufyan ats-Tsauri (w. 161 H) yang sependapat dengannya. Sufyan ats-Tsauri menukil ucapan Muhammad bin Ishaq bin Yasar (w. 151 H), “Sebelum datangnya Islam, Makkah pernah sangat sepi berasal peziarah, tidak ada satu pun manusia bertawaf di Masjidil Haram. sampai suatu saat datanglah seorang laki laki sufi yang bertawaf di Masjidil Haram dan kemudian meninggalkan kota Makkah”.
menurut Sufyan ats-Tsauri, “ riwayat ini benar, maka hal ini menjadi bukti bahwa ungkapan sufi sudah dikenal jauh sebelum datangnya Islam”.
2. Berdasarkan Abu Qasim al-Qusyairi (w. 465 H), Ibnu Khaldun (w. 806 H) dan AS-Sahrawardi (w. 330 H), kata sufi dan tasawuf baru dikenal di akhir abad ke 2 Hijriah. Abu Qasim al-Qusyairi berkata, para tokoh panutan kaum muslimin di zaman Rasulullah hanya diberikan gelar “ash-Shahabat”.
tidak ada gelar yang lebih tinggi asal gelar ini karena gelar “ash-Shahabat” bermakna para pendamping dakwah Nabi Muhammad ﷺ. kemudian, para panutan umat Islam di generasi setelahnya diberikan gelar “at-tabi’in”.
Umat Islam kala itu memandang gelar “at-tabi’in” (para pengikut) sebagai gelar yg sangat agung. Disusul lalu, di generasi selanjutnya muncullah gelar “tabi’ut tabi’in” (para pengikut tabi’in)”. pada era selanjutnya, gelar yang disematkan lebih seperti gelar “az-zahid” (oleh ahli zuhud) dan gelar “al-‘ubbad” (sang ahli ibadah).
Bahkan, banyak kalangan sekte sesat dalam Islam yg juga menjuluki pemimpin mereka dengan gelar “az-zahid” (sang ahli zuhud). Menyikapi hal ini, para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah memberikan gelar khusus kepada jalan orang-orang yg menjaga dirinya beserta Allah, menjaga hati mereka berasal lupa pada Allah dengan julukan “at-tasawwuf”. Julukan baru ini populer pada kalangan pembesar Ahlussunnah wal Jama’ah pada akhir abad ke 2 hijriah. (Lihat Abu Qasim al-Qusyairi, ar-risalah al-Qusyairiyyah, Beirut: Dar al-Jiil, 2005, hal. 389).
Ibnu Khaldun berpendapat, “Ilmu ini (tasawuf) merupakan ilmu syariat yang baru dikenal pada beragama. pada dasarnya tasawuf bersumber dari ajaran para salaf dan pembesar dari kalangan para shahabat serta tabi’in yang menyusuri jalan kebenaran dan petunjuk Allah.
Dasar ajaran tasawuf ialah menetapi ibadah dan berserah diri kepada Allah, menghindari gemerlapnya nafsu duniawi, menjaga diri dari terlena akan kenikmatan duniawi, harta serta pangkat derajat, serta menyepi asal makhluk demi meraih kenikmatan beribadah pada Allah.
Ajaran ini telah sangat umum dijalankan oleh para shahabat serta para salaf. di akhir abad kedua Hijriah, saat umat Islam telah terlena dalam masalah duniawi serta sibuk dengannya maka lahirlah gelar sufi serta tasawuf bagi orang-orang yg menetapi beribadah pada Allah”. (Lihat Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo: Maktabah Taufiqiyyah, 2009, hal. 517).
3. Dari sebagian kalangan ulama kata tasawuf baru dikenal selesainya abad ketiga hijriah. tapi pendapat ini sangat lemah Jika dibandingkan dengan argumentasi 2 pendapat sebelumnya. Pendapat ini diutarakan sang kalangan yg tidak terlalu menyukai ajaran tasawuf seperti Ibnu Taimiyyah serta sesamanya. (Lihat Ibnu Taimiyyah, risalah AS-Shufiyyah wal Fuqara’, Kairo: Dar al-Hadits, 1999, hal. 9).
Sumber Ajaran ilmu Tasawuf
sumber utama ajaran tasawuf ialah dari alquran serta al-Hadis. Alquran adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yg berbicara tentang inti ajaran tasawuf. Ajaran-ajaran perihal khauf, raja’, taubat, zuhud, tawakal, syukur, shabar, ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam alquran.
Al-Hadis pula banyak berbicara perihal kehidupan rohaniah sebagaimana yg ditekuni oleh kaum sufi setelah Rasulullah.
Dua hadits terkenal yg diriwayatkan sang Bukhari dan Muslim : “Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka dia pasti melihatmu” dan juga sebuah hadits yg berkata: “Siapa yang kenal pada dirinya, niscaya kenal dengan tuhan-Nya” adalah sebagai landasan yg kuat bahwa ajaran-ajaran tasawuf tentang masalah rohaniah bersumber dari ajaran Islam seperti yg dikutip berasal Muhammad Hafiun, Teori dari Usul Tasawuf.
Prinsip tasawuf
Berdasarkan ahli sufi, Profesor Angha pada The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yg bisa dilakukan ialah:
Zikir
Zikir merupakan proses pemurnian hati, pembersihan serta pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri di tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz zikir.
Fikr (Meditasi)
Ketika pikiran resah atau Bertanya tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan berkonsentrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju esensi diri.
Sahr (Bangkit)
Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata serta telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi.
Ju’i (Merasa Lapar)
Merasakan lapar hati serta pikiran buat bertahan mencari dan mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat serta keinginan yang mendalam untuk tetap sabar dan tabah mencari jati diri.
Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir serta mengatakan hal yg tidak perlu. ke 2 ini merupakan proses menenangkan lidah dan otak dan mengalihkan dari godaan eksternal menuju ilahi.
Shawm (Puasa)
Tidak hanya tubuh yg berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa fisik, bermanfaat buat melepaskan diri dari hasrat serta keinginan otak dan pandangan atau persepsi indera eskternal.
Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa pada kesunyian, baik secara eksternal juga internal serta melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang banyak.
Khidmat ( Melayani)
Menyatu dengan kebenaran tuhan. seorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri.