Muhasabah merupakan Introspeksi Diri dalam Islam, Berikut Dalilnya
Muhasabah Merupakan kata yang patut dipahami setiap muslim, bahkan perlu dipraktikkan siapa saja. Muhasabah artinya bahasa Arab berasal introspeksi diri. Hal ini dilakukan dengan merenungkan hal-hal baik maupun jelek yg pernah engkau lakukan.
Muhasabah diri setiap hari, setiap bulan, hingga setiap tahun sangat penting dilakukan agar kamu senantiasa menjadi orang yang lebih baik. Muhasabah merupakan salah satu cara buat memperbaiki hati, melatih, menyucikan, dan membersihkannya.
Faktor utama yg mengakibatkan seseorang mau melakukan muhasabah merupakan keimanan dan keyakinan bahwa Allah SWT akan menghitung amal semua hamba-Nya. Jika amalannya baik, maka Allah SWT akan memberikan balasan yg baik juga. sebaliknya Jika amalannya buruk , maka dia akan mendapatkan balasan yang buruk pula.
Muhasabah adalah
berdasarkan Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah artinya bahasa Arab dari introspeksi. Muhasabah artinya peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri. Muhasabah merupakan salah satu cara membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yg pernah dibuat.
Secara etimologis, muhasabah artinya bentuk mashdar (bentuk dasar) asal kata hasaba-yuhasibu yg istilah dasarnya hasaba-yahsibu atau yahsubu yang berarti menghitung. sementara itu, menurut Ahmad Warson Munawir pada Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, muhasabah adalah perhitungan atau introspeksi.
kata-kata Arab muhasabah berasal dari satu akar yang menyangkup konsep-konsep mirip menata perhitungan, mengundang (seseorang) untuk melakukan perhitungan, menggenapkan (dengan seseorang) dan menetapkan (seorang untuk) bertanggung jawab.
Muhasabah adalah introspeksi, mawas, atau meneliti diri. Hal ini berarti menghitung-hitung perbuatan di tiap tahun, tiap bulan, tiap hari, bahkan setiap waktu.
Pengertian Muhasabah berdasarkan Para pakar
Berikut pengertian muhasabah dari para ahli, seperti :
– Imam Al-Ghozali. menurut Imam Al-Ghozali, muhasabah adalah upaya i’tisham dan istiqomah, seperti dikutip dalam buku yg berjudul Rekonsiliasi Psikologi Sufistik serta Humanistik pengarang Abdullah Hadziq I’tisham merupakan pemeliharaan diri dengan berpegang teguh pada hukum-hukum syariat. Sedangkan istiqomah artinya keteguhan diri dalam menangkal berbagai kecenderungan negatif.
– KH. Toto Tasmoro. Muhasabah ialah melakukan perhitungan hubungan antara orang-orang di dunia serta akhirat atau di lingkungannya dan tindakan mereka sebagai insan. sebab manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan di kehidupannya.
– Isa Waley. Isa Waley dalam Meditasi Sufistik oleh Sudirman Tebba mengartikan kata muhasabah sebagai pemeriksaan (atau ujian) terhadap diri sendiri serta mengemukakan kaitannya yang sangat penting dengan Haris bin Asad al-Muhasibi (781-857 M) dari Bagdad. dia juga mengingatkan seseorang tentang ucapan sufi yang seringkali dikutip, yg sudah diterapkan pada khalifah keempat yaitu Ali bin Abi Thalib, yg menyatakan bahwa orang harus memanggil dirinya buat memperhitungkan sebelum Allah SWT mengundang orang untuk memperhitungkan.
– Al-Muhasibi. Al-Muhasibi percaya bahwa motivasi-motivasi manusia buat melakukan pemeriksaan terhadap diri sendiri merupakan harapan-harapan serta kecemasan, serta pemeriksaan semacam itu adalah landasan perilaku yg baik serta ketakwaan (taqwa).
– Nurbaksh. berdasarkan Nurbaksh yang dikutip dari buku yg berjudul dunia Spiritual Kaum Sufi, pengertian muhasabah pada awalnya adalah suatu pertimbangan terhadap perhitungan antara tindakan-tindakan negatif serta positif. di akhirnya, beliau merupakan aktualisasi kesatuan (ittihad), yg murni.
Dalil perihal Muhasabah
Muhasabah diri ialah salah satu amalan yg disebutkan dalam Alquran serta diajarkan oleh Rasulullah. pada surah Al Hasyr ayat 18, Allah berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah pada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya buat hari esok (akhirat); serta bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
dengan melakukan muhasabah diri, manusia akan membuka hati dan menyadari segala dosanya. sehabis itu, muslim yang taat akan bertaubat serta tidak mengulangi kesalahannya. karena taubat ialah bentuk penyesalan seorang muslim. Sebagaimana dalam hadiss, Rasulullah bersabda “Menyesal ialah taubat.” (HR. Ibnu Majah)
Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat”
kemudian beliau mengutip surah Al Haqqah ayat 18.
“di hari itu engkau dihadapkan (pada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yg tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18)
Apa yang dikatakan Umar bin Khattab pula sinkron menggunakan sabda Nabi pada hadis yang diriwatkan Syadad bin Aus, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang cerdas (sukses) ialah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal buat kehidupan selesainya kematiannya, sedangkan orang yg lemah ialah orang yg mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah SWT.”
Jadi, hendaknya kita senantiasa melakukan muhasabah diri secara rutin. Pasalnya, introspeksi diri ini akan menjauhkan kamu dari sikap merasa paling suci, menjauhkan diri dari sifat sombong, menyadarkan diri buat selalu memanfaatkan waktu buat beribadah, dan bisa menenangkan hati supaya menerima petunjuk.
Aspek Muhasabah dalam Islam
Aspek yg perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim mirip yang dikutip dari halaman ayo guru berbagi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibud) di antaranya:
1. Aspek ibadah
Aspek ibadah ialah salah satu aspek dalam muhasabah. sebab ibadah adalah tujuan utama manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
adalah: “serta aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah pada-Ku.”
2. Aspek pekerjaan, usia, dan rezeki
Muhasabah merupakan kesempatan umat muslim buat introspeksi diri terkait yang telah dikerjakannya selama di dunia. oleh sebab itu, aspek pekerjaan, usia, dan rezeki menjadi salah satu yang penting diperhatikan.
dari Ibnu ‘Abbas Ra Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, dia bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
artinya: “Manfaatkanlah 5 perkara sebelum 5 perkara: (1) waktu mudamu sebelum tiba saat tuamu, (2) waktu sehatmu sebelum datang ketika sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum tiba masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum tiba masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum tiba matimu.”
3. Aspek kehidupan sosial
Aspek kehidupan sosial yakni hubungan kita dengan sesama manusia. Rasulullah bersabda,
“Tahukah kalian siapakah orang yg bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di antara kami ialah orang yg tidak mempunyai dirham dan tidak mempunyai mal.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yg bangkrut dari umat hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, serta zakat. namun dia juga datang membawa dosa kedzaliman. ia tidak pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, meminta harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan melawan orang itu. Maka menjadi tebusan atas kedzalimannya ini, diberikanlah pada antara menguntungkannya si ini, si anu serta si itu. sampai selesai sudah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yg didzaliminya sementara belum seluruh kedzalimannya tertebus, (HR Muslim no. 6522).
Semoga dengan informasi mengenai pentingnya muhasabah serta aspeknya ini dapat menaikkan keimanan kita kepada Allah ya, sahabat hikmah.
“dan boleh jadi engkau membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, serta boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi beliau buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)